Jumat, 23 Juli 2010

Proposal pkl budidaya vanamei

  1. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Udang adalah komoditas andalan dari sektor perikanan yang merupakan salah satu penghasil devisa bagi negara. Permintaan pasar domestik maupun dari manca negara cenderung mengalami peningkatan, sehingga usaha membudidayakan udang memiliki prospek yang cerah untuk dijadikan bisnis yang menguntungkan.
Menurut Dr. Ir. Endhay Kusnendar, MS, Indonesia pernah menikmati masa keemasan dalam bidang budidaya udang, yaitu pada waktu udang windu masih mudah untuk dipelihara, sekitar tahun 80an hingga pada awal 90an. Namun pada pertengahan tahun 90an dunia pertambakan diguncang prahara yang memilukan. Hampir semua petambak di seluruh tanah air bahkan juga petambak udang di luar negeri mengalami kerugian yang tidak sedikit. Dikarenakan udang windu yang dipeliharanya mati secara masal akibaat serangan virus white spot yang mewabah.
Selanjutnya pemerintah dan petambak mencari solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut, salah satunya dengan memelihara spesies baru yaitu udang vannamei (Litopenaeus vannamei). Udang vannamei masuk ke Indonesia pada tahun 2001. pada mei 2002, pemerintah memberikan izin kepada dua perusahaan swasta untuk mengimpor induk udang vannamei sebanyak 2000 ekor dan benur sebanyak lima juta ekor. Induk dan benur tersebut kemudian dikembangbiakan oleh hatceri pemula. Sekarang usaha tersebut sudah dikomersialkan dan berkembang pesat karena peminat udang vannamei semakin menigkat.
Udang vannamei di kalangan petambak semakin popular, seiring dengan menurunya produksi udang windu akibat kondisi lngkungan yang buruk. Udang windu sangat rentan terhadap serangan penyakit, itu berbeda dengan udang vannamei yang lebih tahan terhadap serangan penyakit. Selain itu udang vannamei juga lebih tahan terhadap goncangan kondisi lingkungan yang ekstrim, bahkan sekarang sudah ada yang melakukan uji coba membesarkan udang vannamei pada perairan yang kadar garamnya 0 ppm, yang kondisi lingkunganya sangat jauh berbeda dengan habitat aslinya.
Dengan semakin bertambah banyaknya pengusaha tambak di tanah air yang mengganti binatang cultivarnya yang dulunya udang windu diganti dengan udang vannamei dan permintaan pasar akan udang vannamei yang juga terus meningkat yang memicu para petambak untuk dapat memproduksi udang sebanyak-banyaknya, maka diperlukan teknik budidaya udang vannamei yang tepat dan harus ramah lingkungan, agar hasil produksi dapat optimal dan berkesinambungan. Karena dengan memelihara udang secara besar-besaran dikhawatirkan limbah dari proses budidaya akan mencemari lingkungan, dan akan mempengaruhi keberhasilan usaha budidaya tersebut. Salah satu teknik budidaya yang ramah lingkungan dan dapat diterapkan ialah budidaya pembesaran dengan teknologi semi intensif.
Dalam budidaya udang semi intensif , sebaiknya sistem yang digunakan adalah sistem resirkulasi atau disebut juga dengan sistem tertutup dengan luas rasio luas tambak 40% : 60% antara petak tandon dengan petak pembesaran. Penebaran benih pada teknologi semi intesif tidak terlalu padat, yang dianjurkan adalah 15-40 ekor per meter persegi atau 150.000 – 400.000 ekor per hektar, agar kualitas air lebih mudah dikendalikan, karena sisa metabolisme maupun pakan yang tidak termakan tidak terlalu banyak jumlahnya.

2. Tujuan dan Kegunaan Praktek Kerja Lapangan
Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah untuk mengamati dan mempelajari penerapan teknologi semi intensif pada usaha pembesaran udang di tambak AKBAR Desa Sugihwaras Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban Jawa Timur.Dan kegunaan Praktek Kerja Lapangan ialah agar mahasiswa mampu mempraktekan materi yang diperoleh dari perkuliahan. Dan dengan terjun langsung pada dunia usaha akan melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu – ilmunya.

3. Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan
Praktek Kerja Lapangan ini akan dilaksanakan pada tanggal 4 Maret – 4 Juni 2009. sedangkan lokasi tempat Praktek Kerja Lapangan berada di Tambak AKBAR Desa Sugih waras Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban.

TINJAUAN PUSTAKA

1.2 Biologi Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)

1.2.1 Klasifikasi

Udang vannamei digolongkan dalam genus panaeid pada filum Arthropoda. Ada ribuan species di filum ini. Namun yang mendominasi perairan berasal dari subfilum crustacea yaitu memiliki tiga pasang kaki berjalan yang berfungsi untuk mencapit, terutama dari ordo decapoda, seperti Litopenaeus chinensis, L. japonicus, L. monodon, L stilirostris dan Litopenaeus vannamei.

Berikut tata nama udang vannamei menurut ilmu taksonomi.

Phylum : Artrhopoda

Kelas : Crustacea

Sub kelas : Melacostraca

Ordo : Decapoda

Familia : Panaeidae

Genus : Panaeus

Sub Genus : Litopenaeus

Species : Litopenaeus vannamei

Sumber : Dr. Ir. Endhay Kusnendar, MS (2006)

2.1.2 Morfologi

Tubuh udang vannamei dibentuk oleh dua cabang (biramous), yaitu exopodite dan endopodite dan terdiri dari dua bagian, yaitu thorax (kepala) dan abdomen (perut). Vannamei memiliki tubuh berbuku-buku dan aktifitas berganti kulit luar atau eksoskeleton secara periodik (moulting). Bagian tubuh udang vannamei sudah mengalami modifikasi sehingga dapat digunakan untuk aktifitas sebagai berikut:

  1. Makan, bergerak, dan membenamkan diri kedalam Lumpur.
  2. Menopang insang, karena struktur insang udang mirip bulu unggas.
  3. Organ sensor, seperti pada antenna atau antenula.
  4. Kepala (thorax) udang vannamei terdiri dari antenna, antenula, mandibula dan 2 pasang maxillae. Kepala udang vannamei juga dilengkapi dengan 3 pasang maxilliped dan 5 pasang kaki berjalan (peripoda) atau kaki sepuluh (decapoda). Maxilliped sudah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk makan.

Perut (abdomen) terdiri dari enam ruas. Pada bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki renang dan dua pasang uropod (exopoda dan endopoda) yang membentuk kipas bersama telson.

Udang vannamei memiliki rostrum yang bergerigi dengan rumus 4/2 atau 8/5. sedangkan untuk membedakan udang jenis ini dengan udang jenis lainya yaitu dala perkembangan rostrum, dimana udang vannamei pada waktu muda memiliki rostrum lebih panjang dan akan lebih pendek jika udang vannamei dewasa.(anonimous, 2000)

2.1.3 Habitat dan Siklus Hidup

Udang vannamei adalah udang asli dari perairan amerika latin yang kondisi iklimnya subtropics. Di habitat alaminya dia suka hidup pada kedalaman kurang lebih 70 meter. Udang vannamei bersifat nocturnal, yaitu aktif mencari makan pada malam hari.

Proses perkainan pada udang vannamei ditandai dengan loncatan betina secara tiba-tiba. Pada saat meloncat tersebut, betina mengeluarkan sel-sel telur. Pada saat yang bersamaan, udang jantan mengeluarkan sperma sehingga sel telur dan sperma bertemu. Proses perkawinan berlangsung kira-kira satu menit. Sepasang udang vannamei berukuran 30-45 gram dapat menghasilkan telur sebanyak 100.000-250.000 butir.

Siklus hidup udang vannamei sebelum ditebar di tambak yaitu stadia naupli, stadia zoea, stadia mysis, dan stadia post larva. Pada stadia naupli larva berukuran 0,32-0,59 mm, sistim pencernaanya belum sempurna dan masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur. Stadia zoea terjadi setelah larva ditebar pada bak pemeliharaan sekitar 15-24 jam. Larva sudah berukuran 1,05-3,30 mm dan pada stadia ini benih mengalami 3 kali moulting. Pada stadia ini pula benih sudah bisa diberi makan yang berupa artemia. Pada stadia mysis, benih udang sudah menyerupai bentuk udang. Yang dicirikan dengan sudah terluhatnya ekor kipas (uropoda) dan ekor (telson). Selanjutnya udang mencapai stadia post larva, dimana udang sudah menyerupai udang dewasa. Hitungan stadianya sudah menggunakan hitungan hari. Misalnya, PL1 berarti post larva berumur satu hari. Pada stadia ini udang sudah mulai bergerak aktif.

2.2 Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan
Kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang vannamei adalah dua parameter tingkat keberhasilan proses budidaya. Karena dua faktor tersebut yang mempengaruhi tonase biomas yang dihasilkan dari proses budidaya.

2.2.1 Kelansungan Hidup

Kelangsungan hidup (survival rate) adalah banyaknya udang yang berhasil hidup hingga masa panen tiba. Yang paling mempengaruhi kelangsungan hidup udang yang dipelihara ialah kondisi lingkungan perairan tambak dan kondisi benur, terutama pada waktu penebaran benur dilakukan. Selain itu terdapatnya predator di tambak juga sangat mengancam kelangsungan hidup udang.(anonim, 2007) Maka sebelum ditebar kualitas air di tambak harus diperhatikan, diusahakan kondisi perairan tambak hampir sama dengan kondisi air pada bak pembenihan benur tersebut. Serta sebelum benur ditebar, hama predator maupun kompetitor harus dibasmi.

2.2.2 Pertumbuhan

Pertumbuhan udang merupakan proses pertambahan panjang dan berat yang terjadi secara bertahap, dimana proses ini sangat dipengaruhi oleh frekwensi ganti kulit (moulting). Moulting akan terjadi secara teratur pada udang yang sehat. Bobot udang akan bertambah setiap kali mengalami moulting.

Moulting dapat terjadi secara masal, yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang berubah secara tiba-tiba, seperti terjadinya pasang – surut, pergantian air maupun jika terjadi perubahan suhu secara mendadak.

Kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan juga sangat mempengaruhi pertumbhan dang. Udang akan tumbuh jika pakan yang dikonsumsi melebihi yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidup dan pakan tersebut harus memiliki kandungan protein yang tinggi (minimal 35%)

2.3 Kualitas Air

Kualitas air tambak yang baik akan mendukung perkembangan dan pertumbuhan udang vannamei secara optimal.(anonim, 2007) Oleh karena itu kualitas air harus dimonitor secara berkala. Beberapa kualitas air selama budidaya yang harus terus diamati disajikan pada table 1.

Tabel 1. Parameter Kualitas Air

Parameter

Metode atau Alat Uji

Waktu Uji

Angka Referensi

Fisik

1. Suhu

Termometer

Pagi dan Sore

26-30 derajat C

2. pH

PH meter

Pagi dan Sore

7,5 – 8,5

3. Slinitas

Refraktometer

Pagi dan Sore

15 – 30 ppt

4. Oksigen terlarut

DO meter

02 .00 – 05.00

> 3 ppm

5. Kecerahan

Seiccidisk

Siang atau Sore

< 30 cm

Kimia

1. Nitrit

Testkit

Siang atau Sore

< 0,1 ppm

2. Fosfat

Testkit

Siang atau Sore

1-3 ppm

3. Alkalinitas

Titrasi asam basa

Siang atau Sore

>150 ppm

4. Besi

Testkit

2-3 hari sekali

< 1 ppm

5. H2S

Spektrofotometer

Berkala seminggu sekali

< 1 ppb

Biologi

1. Jumlah vibrio patogen

Hitungan cawan

2-3 kali sehari

< 1000 cfu/ml


Sumber : Anonimous (2007)

2.4 Menejemen Pemberian Pakan

Pakan merupakan sumber nutrisi dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Nutrisi digunakan udang untuk pertumbuhan, mempertahankan diri dan untuk bereproduksi.

Pakan merupakan factor yang sangat penting dalam budidaya udang vannamei karena menyerap 60-70 % dari total biaya operasional. Pemberian pakan yang sesuai kebutuhan akan memacu pertumbuhan dan perkembangan udang vannamei secara optimal sehingga produktifitasnya bisa ditingkatkan.

Frekuensi maupun dosis pemberian pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan udang. Setiap kali pemberian pakan, harus selalu dikontrol menggunakan anco agar dapat diketahui kebutuhan pakan yang sesuai. Sehingga tidak terjadi kekurangan pakan yang dapat menyebabkan pertumbuhan udang menjadi lambat maupun kelebihan pakan yang dapat merusak kualitas air.

Tabel 2. Pemberian Pakan Di Saat Awal Penebaran

Stadia

Jumlah Pakan yang Diberikan/100ribu benur/hari

PL 15-20

100

PL 21-25

100-200

PL 25-30

200-400

PL 30-40

400-500

Sumber : Anonimous (1991)

Tabel 3. Presentase Pakan Terhadap Bobot Biomas Udang Untuk Penentuan Jumlah Pakan

Rata-rat bobot udang (g)

Presentase pakan dalam anco dari total pakan

Presentase pakan terhadap BBM (%)

2

2

6-6,5

5

2,4

5,5

10

2,8

4,5

15

3

3,8

20

3,3

3,5

25

3,6

3,2

30

4

2,8

35

44,3

2,5

Sumber : Anonimous (1991)

2.4 Hama dan Penyakit Yang Mungkin Menyerang

Hama dan penyakit adalah salah satu faktor penyebab kegagalan dalam semua kegiatan budidaya, baik itu pembudidayaan tanaman maupun hewan. Dan dalam usaha pembesaran udang vannamei hama dan penyakit yang menyerang sangat beragam. Namun yang paling sering menyebabkan kerugian dalam kegiatan budidaya ialah penyakit yang disebabkan oleh virus, karena jika udang terinfeksi virus maka sedikit kemungkinan udang tersebut untuk dapat hidup lebih lama, dan dalam penularanyapun sangat cepat sehingga jika tidak segera dilakukan pemanenan akan menyebabkan kerugian yang besar.

Ada beberapa virus yang sudah pernah mewabah dan terdeteksi menyerang di Indonesia. Diantaranya ialah : WSSV (White spot sindrom virus), TSV (Taura sindrom virus), YHV, IHHNV, IMNV dan LvNv. Diantara virus-virus tersebut yang paling sering menyerang dan menyebabkan kerugian bagi para petambak ialah WSSV.

Sedangkan untuk hama yang sering mengakibatkan kerugian ialah jenis binatang-binatang pemangsa ikan. Seperti burung pemakan ikan, ular air, kepiting dan yang paling berbahaya ialah ikan predator, yang paling banyak memakan korban.

Untuk mengantisipasi serangan penyakit dilakukan tindakan pencegahan, yaitu dengan menebar benih yang bebas penyakit, mensterilkan lahan tambak dan air yang akan dipergunakan sebagai media, menerapkan biosekuriti, menjaga agar kondisi lingkungan tambak tetap dalam keadaan seimbang, serta memberikan imonostimulan bagi binatang kultivar.

Sedangkan untuk mengantisipasi agar hama baik dari golongan pemangsa maupu dari golongan kompetitor.

3 MATERI DAN METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN

3.1 Materi Praktek Kerja Lapangan

Materi yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan ini adalah meliputi : benur udang vannamei, pakan udang, air laut, air tawar, bakteri probiotik dan vitamin.

Sedangkan peralatan yang dipakai dalam proses budidaya meliputi : 3 set kincir air, empat set pompa air, cangkul, jala, bak kultur bakteri, aerator, timba, thermometer, ph meter, seccidisc, refraktometer serta masih banyak lagi peralatan untuk mendukung kelancaran Praktek Kerja Lapangan.

3.2 Metode Praktek Kerja Lapangan

Metode yang digunakan didalam Praktek Kereja Lapangan ini adalah metode deskriptif, yaitu mencari data dari beberapa literature untuk dijadikan acuan selama Prakek Kerja Lapangan. Observasi di lapangan untuk memperoleh data-data primer yang terjadi selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan. Sedang kegiatan wawancara dilakukan untuk mencari data-data sekunder dengan cara mengadakan Tanya jawab dengan pemilik maupun pandega tambak AKBAR tersebut untuk melengkapi data primer. Untuk studi pustaka dilakukan agar memperoleh bahan acuan yang mendukung dan melengkapi data primer.

Rabu, 21 Juli 2010

Susunan kepengurusan

SUSUNAN KEPENGURUSAN

KKN KELOMPOK DESA PENIDON

UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE TUBAN

( UNIROW )

DESA : PENIDON

KECAMATAN : PLUMPANG

Ketua : Faris Al Habib

Wakil Ketua : Mul Hariyono

Sekretaris : Muhajir

Wakil Sekretaris : Siti Rofi'atun

Bendahara : Nina Amalia

Wakil Bandahara : Farida Widiastutik

Humas : Ahmad Aminudin

Vitaroma Handayani

Kabid Keagamaan : Moch. Rohman Avandi

Kabid Lingkungan : Galuh Wahyu P

Kabid Pendidikan : Win Sunarti

Kabid Kesehatan : Rustiani

Kabid Ekonomi : Abdul Ghofur

KAbid Kegiatan Desa: Siti Muzaitun

Usulan dana KKN

USULAN ANGGARAN KEGIATAN

Nama Posdaya    : Posdaya Mina Makmur Penidon

Desa            : Penidon

Kecamatan        : Plumpang

No 

Jenis Kegiatan 

Uraian Kegiatan 

Jumlah 

1 

Survei Lokasi  

  • Pendataan penduduk
  • Pembuatan undangan 

Rp. 10.000,00

Rp. 5.000,00 

2 

Pembentukan dan Pelantikan Posdaya

  • ATK @ Rp. 2.000,00 x 35
  • Konsumsi @ Rp 3000,00 x 35
  • Administrasi
  • Pembuatan Banner

Rp. 70.000,00

Rp.105.000,00

Rp. 5.000,00

Rp. 25.000,00

  
  
  
 

Jumlah 

 

Rp. 250.000,00 


 


Tuban, 21 Juli 2010

Ketua Kelompok KKN 

 

Bendahara Kelompok, 


 


 

Faris Al Habib

 


 


 

Nina Amalia

 

Menyetujui 

 

Pembantu Rektor II 

 

Dosen Pembimbing Lapangan 


 


 

Dra. Kholifah M,Pd                         Drs. Miftahul Munir

Rumput laut

Perbankan Dukung Usaha Rumput
JAKARTA - Perbankan nasional siap mendukung pengembangan industri rumput laut menyusul besarnya potensi komoditas kelautan itu menghasilkan keuntungan. Dukungan perbankan berupa kredit usaha mikro, kecil, dan menengah siap digelontorkan dengan syarat pembudidaya rumput laut segera membuka peluang usaha.

Analis Muda Senior Bank lndo-nesia (BI) Cabang Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) Jacob Dos Amaral yang berbicara di hadapan pembudidaya rumput laut asal Waingapu, NTT belum lama ini menegaskan dukungan nyata perbankan bisa melalui Koperasi Unit Desa. Bank Indonesia melalui perbankan BUMN dan swasta nasional, kata Amaral, siap menggelontorkan kredit mikro ke kelompok budidaya yang tergabung dalam sentra mina-politan rumput laut

Sementara itu, di Manado, Sulawesi Utara, pekan lalu Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah menegaskan BI memfasilitasi pengembangan rumput laut di provinsi itu dengan menggandeng pakar rumput laut Prancis untuk peningkatan riset dan pengembangan kualitas.

"Kunjungan ke pusat penelitian dan pengembangan rumput laut Center for Study and Promotion of Algae Perancis telah dilakukan, dan apa yang didapat di negara tersebut saat ini sedang dilakukan penelitian bagaimana kualitas dihasilkan terbaik," kata Halim dikutip Antara.

Maksud kerja sama Prancis tersebut, kata Alamsyah, agar rumput laut yang dibudidayakan petani berproduksi maksimal serta kemudian diolah menjadi produk bernilai ekonomis tinggi.

"Selain Manado, beberapa daerah lain di Indonesia yang menjadi penghasil rumput laut tropis, menjadi fokus perhatian BI untuk dikembangkan lebih lanjut," kata Alamsyah.

Menurut Alamsyah, bantuan fasilitasi dan teknis terhadap pengembangan rumput laut merupakan wujud dukungan BI terhadap pengembangan sektor riil.

"Undang-Undang BI Nomor 23 tahun 1999 dan telah diubah dengan UU Nomor 6 Tahun 2009, maka BI tidak lagi memberikan fasilitas pembiayaan tetapi hanya "boleh memberikan fasilitasi dan bantuan teknis," kata Alamsyah.

Upaya yang telah dilakukan BI dalam hal ini, di antaranya membentuk kelompok-kelompok kerja (Pokja) sektor perikanan budidaya, untuk membahas berbagai kendala serta meningkatkan intermediasi bank.

Pelatihan UM KM

Selain itu, BI telah melaksanakan pelatihan Business Development Service Provider, yang tujuannya membantu menghubungkan kapabilitas sektor Usaha Mikro Kecil Menengah(UMKM) dengan perbankan.

Dos Amaral menambahkan, Koperasi Unit Desa (KUD) bisa menjadi perantara atau specialpurpouse vehicle (SPV) pengkreditan mikro tersebut ke bank BUMN dan bank swasta nasional lainnya.

"Karena aktivitas bisnis rumput laut sudah berjalan, otomatis perbankan akan mudah membiayai. Kredit mikro bisa diajukan melalui koperasi. Pembiayaan bermaksud meningkatkan kapasitas produksi," Dos Amaral.

BI Cabang Kupang, lanjut Amaral, sudah memprioritaskan pengembangan rumput laut sejak tahun 2007. Dia mengakui, melalui gugus tugas (task force), pemda provinsi NTT sudah menandatangani kontrak dengan BI guna mendukung pengembangan industri rumput laut melalui pembiayaan usaha mikro.

Direktur Utama Bank Sulut Jeffry Wurangian mengakui, perhatian BI terhadap pengembangan rumput laut Sulut merupakan langkah positif mengingat rumput laut masuk program revitalisasi daerah ini. Qjr)




Sumber : Investor Daily 21 juli 2010

Selasa, 20 Juli 2010

Alat tangkap cantrang

Cantrang


A. PENDAHULUAN
Definisi Alat Tangkap Cantrang : George et al, (1953) dalam Subani dan Barus (1989). Alat tangkap cantrang dalam pengertian umum digolongkan pada kelompok Danish Seine yang terdapat di Eropa dan beberapa di Amerika. Dilihat dari bentuknya alat tangkap tersebut menyerupai payang tetapi ukurannya lebih kecil.
Cantrang merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan demersal yang dilengkapi dua tali penarik yang cukup panjang yang dikaitkan pada ujung sayap jaring. Bagian utama dari alat tangkap ini terdiri dari kantong, badan, sayap atau kaki, mulut jaring, tali penarik (warp), pelampung dam pemberat.

Sejarah Alat tangkap Cantrang
Danish seine merupakan salah satu jenis alat tangkap dengan metode penangkapannya tanpa menggunakan otterboards, jaring dapat ditarik menyusuri dasar laut dengan menggunakan satu kapal. Pada saat penarikan kapal dapat ditambat (Anchor Seining) atau tanpa ditambat (Fly Dragging). Pada anchor seining, para awak kapal akan merasa lebih nyaman pada waktu bekerja di dek dibandingkan Fly dragging. Kelebihan fly dragging adalah alat ini akan memerlukan sedikit waktu untuk pindah ke fishing ground lain dibandingkan Anchor seining (Dickson, 1959).
Setelah perang dunia pertama, anchor seining dipakai nelayan Inggris yang sebelumnya menggunakan alat tangkap Trawl. Dari tahun 1930 para nelayan Skotlandia dengan kapal yang berkekuatan lebih besar dan lebih berpengalaman menyingkat waktu dan masalah pada anchor seining pada setiap penarikan alat dengan mengembangkan modifikasi operasi dengan istilah Fly Dragging atau Scotish Seining. Pada Fly Dragging kapal tetap berjalan selagi penarikan jaring dilakukan.
Dilihat dari bentuknya alat tangkap cantrang menterupai payang tetapi ukurannya lebih kecil. Dilihat dari fungsi dan hasil tangkapannya cantrang menyerupai trawl, yaitu untuk menangkap sumberdaya perikanan demersal terutama ikan dan udang. Dibanding trawl, cantrang mempunyai bentuk yang lebih sederhana dan pada waktu penankapannya hanya menggunakan perahu motor ukuran kecil. Ditinjau dari keaktifan alat yang hampir sama dengan trawl maka cantrang adalah alat tangkap yang lebih memungkinkan untuk menggantikan trawl sebagai sarana untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan demersal. Di Indonesia cantrang banyak digunakan oleh nelayan pantai utara Jawa Timur dan Jawa Tengah terutama bagian utara (Subani dan Barus, 1989)

Prospektif Alat Tangkap Cantrang
Setelah dikeluarkannya KEPRES tentang pelarangan penggunaan alat tangkap Trawl di Indonesia tahun 1980, maka cantrang banyak dipilih nelayan untuk menangkap ikan demersal, karena dilihat dari fungsi dan hasil tangkapannya cantrang ini hampir memiliki kesamaan dengan jaring trawl.

B. KONSTRUKSI ALAT TANGKAP CANTRANG

Konstruksi Umum
Dari segi bentuk (konstruksi) cantrang ini terdiri dari bagian-bagian :

  • Kantong (Cod End)
    Kantong merupakan bagaian dari jarring yang merupakan tempat terkumpulnya hasil tangkapan. Pada ujung kantong diikat dengan tali untuk menjaga agar hasil tangkapan tidak mudah lolos (terlepas).
  • Badan (Body)
    Merupakan bagian terbesar dari jaring, terletak antara sayap dan kantong. Bagian ini berfungsi untuk menghubungkan bagian sayap dan kantong untuk menampung jenis ikan-ikan dasar dan udang sebelum masuk ke dalam kantong. Badan tediri atas bagian-bagian kecil yang ukuran mata jaringnya berbeda-beda.
  • Sayap (Wing).
    Sayap atau kaki adalah bagian jaring yang merupakan sambungan atau perpanjangan badan sampai tali salambar. Fungsi sayap adalah untuk menghadang dan mengarahkan ikan supaya masuk ke dalam kantong.
  • Mulut (Mouth)
    Alat cantrang memiliki bibir atas dan bibir bawah yang berkedudukan sama. Pada mulut jaring terdapat:
    Pelampung (float): tujuan umum penggunan pelampung adalah untuk memberikan daya apung pada alat tangkap cantrang yang dipasang pada bagian tali ris atas (bibir atas jaring) sehingga mulut jaring dapat terbuka.
    Pemberat (Sinker): dipasang pada tali ris bagian bawah dengan tujuan agar bagian-bagian yang dipasangi pemberat ini cepat tenggelam dan tetap berada pada posisinya (dasar perairan) walaupun mendapat pengaruh dari arus.
    Tali Ris Atas (Head Rope) : berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap jaring, badan jaring (bagian bibir atas) dan pelampung.
    Tali Ris Bawah (Ground Rope) : berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap jaring, bagian badan jaring (bagian bibir bawah) jaring dan pemberat.
    Tali Penarik (Warp) :Berfungsi untuk menarik jarring selama di operasikan.

Karakteristik
Menurut George et al, (1953) dalam Subani dan Barus (1989). Dilihat dari bentuknya alat tangkap cantrang menyerupai payang tetapi ukurannya lebih kecil. Dilihat dari fungsi dan hasil tangkapan cantrang menyerupai trawl yaitu untuk menangkap sumberdaya perikanan demersal terutama ikan dan udang, tetapi bentuknya lebih sederhana dan pada waktu penangkapannya hanya menggunakan perahu layar atau kapal motor kecil sampai sedang. Kemudian bagian bibir atas dan bibir bawah pada Cantrang berukuran sama panjang atau kurang lebih demikian. Panjang jarring mulai dari ujung belakang kantong sampai pada ujung kaki sekitar 8-12 m.

Bahan Dan Spesifikasinya
a. Kantong
: Bahan terbuat dari polyethylene. Ukuran mata jaring pada bagian kantong 1 inchi.
b. Badan : Terbuat dari polyethylene dan ukuran mata jaring minimum 1,5 inchi.
c. Sayap : Sayap terbuat dari polyethylene dengan ukuran mata jaring sebesar 5 inchi.
d. Pemberat : Bahan pemberat terbuat dari timah atau bahan lain.
e. Tali ris atas : Terbuat dari tali dengan bahan polyethylene.
f. Tali ris bawah : Terbuat dari tali dengan bahan polyethylene.
g.
Tali penarik : Terbuat dari tali dengan bahan polyethylene dengan diameter 1 inchi.

HASIL TANGKAPAN
Hasil tangkapan dengan jaring Cantrang pada dasarnya yang tertangkap adalah jenis ikan dasar (demersal) dan udand seperti ikan petek, biji nangka, gulamah, kerapu, sebelah, pari, cucut, gurita, bloso dan macam-macam udang (Subani dan Barus, 1989).

DAERAH PENANGKAPAN
langkah awal dalam pengperasian alat tangkap ini adalah mencari daerah penangkapan (Fishing Ground). Menurut Damanhuri (1980), suatau perairan dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan yang baik apabila memenuhi persyaratan dibawah ini:

  • Di daerah tersebut terdapat ikan yang melimpah sepanjang tahun.
  • Alat tangkap dapat dioperasikan denagn mudah dan sempurna.
  • Lokasi tidak jauh dari pelabuhan sehingga mudah dijangkau oleh perahu.
  • Keadaan daerahnya aman, tidak biasa dilalui angin kencang dan bukan daerah badai yang membahayakan.

Penentuan daerah penangkapan dengan alat tangkap Cantrang hampir sama dengan Bottom Trawl. Menurut Ayodhyoa (1975), syarat-syarat Fishing Ground bagi bottom trawl antara lain adalah sebagai berikut:

  • Karena jaring ditarik pada dasar laut, maka perlu jika dasar laut tersebut terdiri dari pasir ataupun Lumpur, tidak berbatu karang, tidak terdapat benda-benda yang mungkin akan menyangkut ketika jaring ditarik, misalnya kapal yang tengelam, bekas-bekas tiang dan sebagainya.
  • Dasar perairan mendatar, tidak terdapat perbedaan depth yang sangat menyolok.
    Perairan mempunyai daya produktivitas yang besar serta resources yang melimpah.

ALAT BANTU PENANGKAPAN
Alat bantu penangkapan cantrang adalah GARDEN. (Mohammad et al. 1997) dengan alat bantu garden untuk menarik warp memungkinkan penarikan jaring lebih cepat. Penggunaan garden tersebut dimaksudkan agar pekerjaan anak buah kapal (ABK) lebih ringan, disamping lebih banyak ikan yang terjaring sebagai hasil tangkapan dapat lebih ditingkatkan.
Gardanisasi alat tangkap cantrang telah membuka peluang baru bagi perkembangan penangkapan ikan, yaitu dengan pemakaian mesin kapal dan ukuran jaring yang lebih besar untuk di operasikan di perairan yang lebih luas dan lebih dalam.

TEKNIK OPERASI (SETTING dan HOULING)

  • Persiapan
    Operasi penangkapan dilakukan pagi hari setelah keadaan terang. Setelah ditentukan fishing ground nelayan mulai mempersiapkan operasi penangkapan dengan meneliti bagian-bagian alat tangkap, mengikat tali selambar dengan sayap jaring.
  • Setting
    Sebelum dilakukan penebaran jaring terlebih dahulu diperhatikan terlebih dahulu arah mata angin dan arus. Kedua faktor ini perlu diperhatikan karena arah angin akan mempengaruhi pergerakan kapal, sedang arus akan mempengaruhi pergerakan ikan dan alat tangkap. Ikan biasanya akan bergerak melawan arah arus sehingga mulut jaring harus menentang pergerakan dari ikan.
    Untuk mendapatkan luas area sebesar mungkin maka dalam melakukan penebaran jaring dengan membentuk lingkaran dan jaring ditebar dari lambung kapal, dimulai dengan penurunan pelampung tanda yang berfungsi untuk memudahkan pengambilan tali selambar pada saat akan dilakukan hauling. Setelah pelampung tanda diturunkan kemudian tali salambar kanan diturunkan → sayap sebelah kanan → badan sebelah kanan → kantong → badan sebelah kiri → sayap sebelah kiri → salah satu ujung tali salambar kiri yang tidak terikat dengan sayap dililitkan pada gardan sebelah kiri. Pada saat melakukan setting kapal bergerak melingkar menuju pelampung tanda.
  • Hauling
    Setelah proses setting selesai, terlebih dahulu jarring dibiarkan selam ± 10 menit untuk memberi kesempatan tali salambar mencapai dasar perairan. Kapal pada saat hauling tetap berjalan dengan kecepatan lambat. Hal ini dilakukan agar pada saat penarikan jaring, kapal tidak bergerak mundur karena berat jaring. Penarikan alat tangkap dibantu dengan alat gardan sehingga akan lebih menghemat tenaga, selain itu keseimbangan antara badan kapal sebelah kanan dan kiri kapal lebih terjamin karena kecepatan penarikan tali salambar sama dan pada waktu yang bersamaan. Dengan adanya penarikan ini maka kedua tali penarik dan sayap akan bergerak saling mendekat dan mengejutkan ikan serta menggiringnya masuk kedalam kantong jaring.
    Setelah diperkirakan tali salambar telah mencapai dasar perairan maka secepat mungkin dilakukan hauling. Pertama-tama pelampung tanda dinaikkan ke atas kapal → tali salambar sebelah kanan yang telah ditarik ujungnya dililitkan pada gardan sebelah kanan → mesin gardan mulai dinyalakan bersamaan dengan mesin pendorong utama hingga kapal bergerak berlahan-lahan → jaring mulai ditarik → tali salambar digulung dengan baik saat setelah naik keatas kapal → sayap jaring naik keatas kapal → mesin gardan dimatikan → bagian jaring sebelah kiri dipindahkan kesebelah kanan kapal → jaring ditarik keatas kapal → badan jaring → kantong yang berisi hasil tangkapan dinaikkan keatas kapal. Dengan dinaikkannya hasil tangkapan maka proses hauling selesai dilakukan dan jaring kembali ditata seperti keadaan semula, sehingga pada saat melakukan setting selanjutnya tidak mengalami kesulitan.

HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENANGKAPAN

  • Kecepatan dalam menarik jaring pada waktu operasi penangkapan.
  • Arus : Arus akan mempengaruhi pergerakan ikan dan alat tangkap. Ikan biasanya akan bergerak melawan arah arus sehingga mulut jaring harus menentang pergerakan dari ikan.
    Arah angin
  • Arah angin akan mempengaruhi pergerakan kapal pada saat operasi penangkapan dilakukan.

Senin, 19 Juli 2010

Budidaya Ikan Gurame

Ikan gurame

Ikan gurame atau gurami dengan nama latin Osphronemus goramy adalah ikan yang memiliki pertumbuhan agak lebih lambat, ikan gurame merupakan salah satu ikan air tawar yang cukup populer dikalangan para petani ikan kepopulerannya ini karena ikan air tawar yang satu cukup diminati sebagai ikan untuk konsumsi.
Ikan gurame mempunyai bentuk badan yang lebar dan pipih, dan panjang tubuh yang bisa mencapai dua kali lipat tinggi tubuhnya.
Pada umumnya masyarakat mengenal ikan gurame berdasarkan bentuknya yaitu :

  1. Gurame Angsa ( saong ) : dari ukuran badanya relatif panjang, sisiknya relatif lebih lebar, dan ukuran beratnya bisa mencapai 8kg
  2. Gurame Jepang : bentuk badan gurame ini relatif pendek dan sisik lebih kecil. ukuran beratnya bisa mencapau 4,5kg.


Dan dilihat dari fisiknya untuk membedakan janta dan betina dapat dilihat melalui dasar sirip dada yang gelap agak kehitaman, dengan keputihan pada dagu atau sedikit coklat dari ciri ini dapat diketahui bahwa gurame ini berjenis kelamin betina, sedangkan untuk jantan mempunyai sirip dada berwarna terang atau keputihan dan mempunyai dagu yang berwarna terang.


Ikan Gurame mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi sehingga dengan ketekunan dan kemauan dan sedikit kemampuan ikan gurame bisa mendatangkan income untuk kita. Gurame sebagai ikan air tawar banyak diminati untuk konsumsi, karena dagingnya yang khas dan memiliki rasa yang enak. Dengan begitu menjadikan ikan gurame merupakan ikan air tawar yang menjajikan untuk di budidayakan.

Jumat, 16 Juli 2010

budidaya parikanan

ikan mas

Ikan mas adalah satu ikan air tawar yang mempunya nilai jual yang cukup tinggi, dikarenakan ikan ini sangat diminati oleh banyak kalangan masyarakat. Ikan Mas atau ikan karper dengan nama latin Cyprinus Carpio ikan yang berasal dari daratan eropa dan tiongkok yang kemudian mejadi ikan tawar yang populer untuk dibudidayakan oleh para petani ikan Indonesia.

Dilihat dari bentuk ikan mas memiliki tubuh yang memanjang dan pipih, dibagian depan mulut terdapat dua sungut yang berukuran kecil. Ikan mas menyukai perairan yang airnya tidak tertalu dalam dan terlalu deras alirannya, dihabitat aslinya ikan mas bayak ditemui di pinggiran sungai atau danau dan ikan mas tergolong ikan omnivora atau pemakan tumbuhan dan binatang kecil


Masa hidup ikan mas :

  • Telur akan menetas dalam 2-3 hari
  • Pada masa 3-4 hari larva masih mepunyai cadangan makanan yang berupa kantong kuning yang masih menempel di tubuhnya.
  • Pada masa 4-5 hari larva muali membutuhkan makanan dari luar untuk kehidupannya.
  • Pada umurr 2-3 minggu larva akan menjadi bibit atau burayak yang variasi ukurannya sekitar 1-3cm.
  • 2-3 selanjutnya bibit akan tumbuh menjadi sekitar 3-5cm
    peranan makanan mejadi cukup penting dalam hal yang mempengaruhi ukuran, jadi bisa berbeda untuk tiap hasilnya.

Pada dasarnya ikan mas dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
Ikan mas konsumsi
1. Ikan Mas Punten
2. Ikan Mas Sinyonya atau Putri Yogya
3. Ikan Mas Taiwan
4. Ikan Mas Merah
5. Ikan Mas Majalaya
6. Ikan Mas Yamato
7. Ikan Mas Lokal
Ikan mas hias
1. Man Mas Kumpay
2. Ikan Mas Kancra Domas
3. Ikan Mas Kaca
4. Ikan Mas Fancy
5. Ikan Mas Koi
sumber:wikipededia

Ikan Mas menjadi populer dikalangan petani pembudidaya ikan, ikan ini bayak diminta oleh pasaran, karna sebagai ikan konsumsi ikan mas memberikan rasa dari dagingnya yang khas, dan sebagai sumber penyedia protein hewani.

IKAN AIR TAWAR

pemberian pakan ikan

Pemberian pakan ikan membutuhkan perhatian khusus, tidak berlebihan
atau pun tidak kekurangan, ini dimaksudkan untuk menjaga tingkat
mortalitas dari ikan dan perkembangan ikan itu sendiri. Pemilihan pakan
menjadi faktor penting untuk menjaga kesehatan ikan, sehingga ikan yang
kita pelihara khusunya ikan konsumsi akan tumbuh sesuai dengan harapan
kita.

Berikut adalah beberapa tips dalam pemilihan pakan ikan yang dapat kita
sesuaikan :

Jenis Makanan

Penyesuaian jenis makanan yang disesuaikan dengan jenis ikan dan usia
ikan, untuk beberaa jenis ikan bahkan membutuhkan spesifikasi makanan

yang berbeda.


Dimana dan Kapan

menyesuaikan pemberian pakan dengan karakteristik ikan, beberpa ikan
makan diatas air maka bisa memilih pakan ikan yang mengambang, dan
beberapa jenis ikan makan dibawah air sebaiknya menggunakan pakan
ikan yang tenggelam.

Variety

Terlepas jenis pakan ikan yang diberikan untuk setiap ikan yang dipelihara
penting juga untuk memvariasikan makanan agar memberikan gizi yang
seimbang.

Pemberian pakan dengan memperhatikan tips diatas bisa membantu untuk
menghindari pemberian pakan yang berlebihan, dan mengetahui jenis pakan
yang benar yang disesuaikan dengan kebutuhan ikan.

PENGGUNAAN TEHNOLOGI PROBIOTIK


 

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

    Kemajuan teknologi budidaya perikanan pada satu sisi dapat meningkatkan produksi sektor perikanan, namun disisi lain, dengan padat tebar yang tinggi serta pemberian pakan yang berlebihan, menyebabkan pergeseran keseimbangan antara lingkungan, ikan yang dipelihara dan patogen penyebab penyakit. Pergeseran keseimbangan ini menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya terserang oleh penyakit.

    Masalah serangan penyakit merupakan hal utama yang tidak boleh diabaikan, karena menyangkut dari sukses tidaknya pemilihan benih yang pakai, apakah tahan atau bebas dari penyakit dan mengelolaan lingkungan sebagai media perkembangan penyakit. Kerugian yang disebabkan serangan bukan hanya kematian tetapi bisa berakibat penghentian usaha produksi. Gangguan ini bila ditinjau dari segi ekonomi jelas sangat merugikan dalam usaha budidaya ikan yang membutuhkan investasi yang tidak sedikit.

    Kerugian yang ditimbulkan akibat serangan suatu penyakit dapat berbentuk kematian, pertumbuhan yang lambat atau produksi benih menurun (bahkan bisa berhenti sama sekali). Ikan yang pernah terserang penyakit bisa menjadi sumber penyakit, yaitu menjadi agen (perantara) terhadap timbulnya penyakit baru sehingga dapat berakibat fatal bagi usaha budidaya ikan.

Menurut Handajani dan Samsundari (2005) dalam Syarif, et al (2007) penyakit merupakan suatu keadaan dimana organisme tidak dapat mempertahankan keadaan normal, karena adanya gangguan fungsi fisiologis yang dapat disebabkan oleh organisme patogen maupun faktor-faktor lainnya. Dengan demikian timbulnya serangan penyakit pada ikan dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan maupun keadaan lingkungan.

    Pengendalian penyakit dalam usaha budidaya udang/ikan masih mengandalkan antiseptik, disinfektan sampai antibiotik, namun tingkat keberhasilannya sangat terbatas. Penggunaan antibiotik yang tidak bijaksana telah meningkatkan kekhawatiran terhadap keamanan makanan dan kesehatan masyarakat, penggunaan antibiotik untuk pencegahan penyakit justru meningkatkan mikroba dan memacu resistensi pada beragam bakteri, sehingga untuk sejumlah kasus penyakit pengendaliannya lebih sulit. Berdasarkan kekhawatiran ini perlu adanya sistem pengelolaan terhadap kesehatan biota yang dibudidayakan beserta lingkungannya
antara lain dengan penggunaan vaksin, imunostimulan non spesifik ataupun penggunaan probiotik atau kontrol biologis.

    Penerapan Probiotik dalam usaha budidaya terbukti dapat meningkatkan resistensi biota yang dibudidayakan (udang/ikan) terhadap infeksi, karena itu penggunaan probiotik merupakan salah satu cara preventif yang dapat mengatasi penyakit. Probiotik (bakteri pengurai) adalah mikroorganisme hidup yang sengaja dimasukkan ke dalam tambak untuk memberikan efek menguntungkan bagi kesehatan udang. Tujuannya untuk memperbaiki dan mempertahankan lingkungan, menekan bakteri merugikan, menghasilkan enzim yang dapat membantu sistem pencernaan, menghasilkan nutrisi yang bermanfaat serta meningkatkan kekebalan udang.


 

  1. Tujuan Dan Manfaat


 


Makalah ini bertujuan
mempelajari penerapan tehnologi probiotik di tambak udang serta pengaruhnya dalam pencegahan penyakit.

     Manfaat makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penerapan tehnologi probiotik serta perannya dalam pencegahan penyakit.


 

  1. PEMBAHASAN


 

2.1 Lingkungan Tambak

        Tambak udang/ikan dari segi prespektif ekologi merupakan sistem hidup dinamis yang dihuni oleh berbagai organisme (mikroflora, mikrofauna, makrofauna) yang saling berinteraksi membentuk suatu jaringan makanan (food web) Sebagai mahluk hidup organisme tersebut memerlukan energi dan makanan (nutrisi) sehingga berlangsungnya kehidupan di tambak sangat tergantung pada pasokan dan aliran energi kedalam ekosistem tambak. Lingkungan tambak yang sehat dan subur (healty pond) mencerminkan adanya interaksi yang harmonis, baik antara komponen biotik dengan abiotik maupun sesama komponen biotiknya.

        Dalam lingkungan tambak phytoplankton merupakan produsen yang memanfaatkan sinar matahari dan menghasilkan senyawa organik yang dapat dimanfaatkan oleh organisme lainnya (konsumen dan pengurai). Selanjutnya hasil penguraian senyawa organik akan menghasilkan berbagai mineral (unsur hara) yang dapat digunakan oleh phytoplankton (produsen).

        Biota dalam lingkungan tambak mengambil oksigen untuk mengoksidasi senyawa organik (bahan makanan dalam saluran pencernaan untuk menghasilkan energi) dengan respirasi/bernafas dengan mengeluarkan karbondioksida (CO2), selain itu dalam proses respirasi O2 berperan sebagai elektron akseptor pada akhir rantai pernafasan. Mikroba pengurai juga memerlukan oksigen untuk menguraikan/mengoksidasi berbagai senyawa organik dalam dasar tambak (sisa makanan, bahan organik mati). Oleh karena itu peranan O2 dalam tambak sangat penting karena tanpa O2 mahluk hidup yang aerob (zooplankton, bakteri aerob, udang) akan mati akibatnya proses ketersediaan makanan dalam rantai makanan akan terputus dan terjadinya akumulasi senyawa organik pada dasar tambak.

        Sumber utama O2 dalam tambak adalah fotosintesa (phytoplakton), difusi udara (lambat) dan aerasi. Kandungan oksigen terlarut dalam air bersifat fluktuatif dan tergantung pada aktivitas fotosintesa dan konsumsi O2 . Pada siang hari dengan suhu sekitar 25 0 C kandungan O2 dapat mencapai 10 – 14 mg/l, sedangkan pada malam hari hanya terjadi konsumsi O2 hal ini menyebabkan terjadi penurunan kandungan O2 dan peningkatan CO2. Secara ideal kandungan O2 disajikan pada gambar dibawah ini (Gambar 1.)

                

            Gambar 1. Kandungan O2 terlarut dalam tambak selama 24

jam (Iskandar, 2006)


 

    Nitrogen merupakan unsur hara esensial bagi mahluk hidup, dalam penguraian berbagai senyawa organik akan dihasilkan berbagai senyawa N (NH4, NH3, NO3, NO2, N2O, N2) dalam lingkungan tambak amoniak dan nitrit bersifat toksis, selain itu peningkatan amoniak juga meningkat dengan kenaikan suhu. jika kandungannya tinggi dapat menyebabkan kematian pada udang. Sedangkan nitrat kurang berbahaya dibandingkan nitrit, secera keseluruhan bakteri berperan penting dalam proses detoksifikasi senyawa tersebut (Durborow, et al., 1997).

Kandungan amoniak (NH3) meningkat sejalan dengan kenaikan pH(>8), setiap kenaikan satu unit pH, kandungannya meningkat 10 kali. Jika kandungan NH3 > 0,6 mg/l, maka hanya dalam beberapa hari sudah dapat mematikan udang dan bila kandungannya sekitar 0,06 mg/l dalam waktu relatif lama dapat menimbulkan kerusakan insang dan penurunan pertumbuhan (Gambar 2.)


 


 


 

    Gambar 2. Peningkatan kadar amoniak dengan kenaikan pH dan

pengaruhnya terhadap pertumbuhan ikan

(Simarmata,2006)


 

    Didaerah pantai, delta dan estuarin seringkali dijumpai tanah-tanah masam (sulfat masam atau cat clay). Fero disulfida atau pyrite (FeS2) terbentuk dalam kondisi tereduksi yaitu reduksi sulfat menjadi sulfida (H2S) oleh bakteri Desulvovibrio desulturicans yang bereaksi dengan ion Fe.yang selanjutnya bereaksi dengan sulfur dan menghasilkan Fe2S (fero disulfida). Dalam ekosistem tambak biogenesis H2S terutama berasal dari dekomposisi sisa-sisa pakan dan bahan organik lainnya (detritus, kotoran udang) dalam suasana anaerob. H2S bersifat toksis dengan konsentrasi yang sangat rendah (0,01 – 0,05mg/l). Keberadaan H2S mudah terdeteksi, bila lumpur atau dasar tambak diaduk tercium bau busuk (seperti telur busuk). Toksisitasnya meningkat dengan kenaikan temperatur dan penurunan pH dibawah 8.

    Kemasaman air (konsentrasi ion H+) tambak berpengaruh langsung pada berbagai reaksi keseimbangan dan aktivitas udang dalam tambak. Salah satu yang berpengaruh pada perubahan pH adalah peningkatan kadar CO2 dalam air. Peningkatan kadar CO2 dalam air akan menurunkan pH air. Kisaran pH optimum pada tambak udang sekitar 7,5 – 8,5 perubahan pH yang drastis (fluktuatif) akan mempengaruhi aktivitas udang secara signifikan.

    Jadi jelas bahwa faktor lingkungan berperan penting dalam munculnya serangan penyakit di kolam/tambak. Usaha pencegahan lebih baik dilaksanakan agar munculnya penyakit dapat dihindari. Usaha pencegahan dapat dilakukan baik secara kimiawi, secara fisik maupun secara biologis. Penggunaan probiotik dapat dikatakan sebagai salah satu upaya dalam pencegahan penyakit secara biologis.


 

2.2 Mekanisme Timbulnya Penyakit


 

    Penyakit pada individu atau populasi hewan, pada dasarnya bukan suatu kesatuan utuh. Timbulnya suatu penyakit adalah proses yang dinamis dan merupakan hasil interaksi antara ikan, jasad penyakit (virus, bakteri, fungi, parasit) dan lingkungan. Dalam interaksi ini lingkungan memegang peranan yang sangat penting karena dapat menimbulkan pengaruh positif dan negatif bagi ikan dan jasad penyakit. Sebenarnya di alam hubungan antara ketiga faktor tersebut dalam keadaan seimbang, sehingga tidak menimbulkan suatu wabah penyakit. Wabah penyakit akan timbul apabila hubungan antara ketiga faktor terganggu atau dalam keadaan labil.

Timbulnya suatu penyakit dalam suatu sistem budidaya ikan merupakan akibat interaksi komplek antara inang (ikan), jasad patogen dan lingkungan yang tidak seimbang (Anderson, 1974). Kondisi ini biasa terjadi pada usaha budidaya ikan secara intensif dengan kepadatan tinggi, pemberian pakan buatan, perubahan kondisi yang menyebabkab kualitas air menurun. Pada kondisi lingkungan yang jelek, dapat menyebabkan ikan mudah stres dan menurunnya sistem pertahanan tubuh ikan terhadap penyakit. Stres akibat lingkungan merupakan pemicu utama bagi timbulnya penyakit parasiter, bakterial dan viral (Warsito, 1995).

    Menurut Afrianto (1992), faktor lain yang mendukung terjadi penyakit pada ikan adalah tingkat kepadatan tebar yang tinggi, karena kepadatan yang tinggi akan menyebabkan ikan berkompetisi memperebut oksigen dan makanan, aktivitas tersebut akan menimbulkan gesekan dengan sesama ikan sehingga ikan mudah mengalami luka. Munculnya luka tersebut memberikan kesempatan kepada bakteri atau jamur untuk menempel pada ikan. Selain itu menggunaan bahan kimia yang tidak tepat akan memudahkan penyebaran penyakit dalam usaha budidaya. Interaksi Faktor dalam Timbulnya suatu Penyakit dijelaskan pada gambar 3 dibawah ini


 

Gambar 3. Interaksi Faktor dalam Timbulnya suatu Penyakit


 

Beberapa penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan perairan menurut Suprastyani (2008) adalah ; (1) melanosis yaitu warna hitam secara keseluruhan pada ikan dan terjadi secara alami (2) tumor, dialam ikan sangat jarang menunujukkan bentuk nyata dari tumor. Tumor terdiri dari gabungan jaringan yang disebut fibromata (tidak ganas) dan fibrosarcomata (tumor ganas).

    Bahan-bahan kimia dan antibiotika banyak digunakan sebagai upaya pengobatan penyakit ikan di kalangan petani sebagai alternatif terapi. Namun penggunaan bahan-bahan kimia tersebut menimbulkan masalah bagi lingkungan perairan sekitarnya, juga keterbatasan yaitu perbedaan antara dosis teraupetika dan toksisitasnya sangat rendah (Ward,1989). Penggunaan kemoterapi tersebut hanya memberikan pertolongan sementara dan kemungkinan besar ikan masih rentan terhadap infeksi viral sekunder (Raa, 1992). Sedangkan antibiotika, walaupun tidak toksik terhadap inang, namun penggunaan yang berulang-ulang atau dalam jangka waktu lama dapat menginduksi strain yang resisten antibiotika. Disamping itu ikan yang terinfeksi sering mengalami anoreksia, sehingga pakan yang mengandung antibiotika tersebut tidak cukup termakan dan pada akhirnya sebagian yang tidak terobati menjadi mati (Ward, 1989 dan Roberts, 1989). Penyakit yang menyerang ikan/udang dapat dikelompokkan menjadi penyakit yang disebabkan karena parasit (jamur, bakteri, virus, protozoa dll) atau non parasiter (karena lingkungan yang buruk atau karena malnutrition (Afrianto (1992), Pencegahan terhadap penyakit ke tubuh udang/ikan adalah alternatif yang sering diupayakan untuk pengendalian penyakit ini.Selain itu peyakit pada udang/ikan dapat juga disebabkan karena serangan bakteri atau jamur. Untuk mengatasi kendala ini maka perlu digunakan alternatif lain sebagai upaya pencegahan terhadap penyakit yaitu melalui vaksinasi, pemberian imunostimulan atau dengan pengelolaan lingkungan yang dapat menghindarkan udang dari serangan penyakit misalnya dengan penggunaan tehnologi probiotik.


 

2.3 Penggunaan Tehnologi Probiotik

    Probiotik adalah penggunaan mikroba hidup yang menguntungkan saluran pencernaan hewan untuk meningkatkan kesehatan inangnya. Jadi lebih difokuskan pada hewan/inangnya. Sejalan dengan kemajuan tehnologi, probiotik juga dimanfaatkan dalam akuakultur. Probiotik adalah penggunaan bakteri atau mikroba menguntungkan untuk meningkatkan kesehatan ekosistem tambak, kesehatan udang maupun meningkatkan sistem imun dari inang (udang) dan mengendalikan/menghambat mikroba patogen.

     Menurut Poernomo, A, (2004)
probiotik adalah mikroorganisme yang memiliki kemampuan mendukung pertumbuhan dan produktifitas udang. Penerapan probiotik pada udang selain berfungsi untuk meyeimbangkan mikroorganisme dalam pencernaan agar tingkat serapannya tinggi, probiotik juga bermanfaat menguraikan senyawa-senyawa sisa metabolisme dalam air . Sehingga probiotik dapat berfungsi sebagai bioremediasi, biokontrol, imunostimulan serta memacu pertumbuhan.

     Probiotik adalah mikroba yang merupakan bahan tambahan di peraian (Moriarty, 1998). Umumnya bakteri probiotik terdiri dari bakteri nitrifiying dan atau bakteri heterotrofik. Bakteri heterotrofik adalah bakteri yang mengkonsumsi oksigen untuk menghasilkan karbodioksida dan amoniak pada saat proses oksidasi. Sedangkan bakteri autrofik nitrtiying mengkonsumsi oksigen dan karbondioksida pada saat oksidasi amoniak dengan produk akhirnya nitrat (Moriarty, 1996)

Tujuan utama penggunaan probiotik (kultur tunggal atau multikultur), antara lain meningkatkan kualitas air dan dasar tambak, meningkatkan kesehatan udang dan sebagai agent hayati (biological control agents) untuk mengendalikan berbagai penyakit pada tambak. Probitotik adalah mikroorganisme hidup non phatogen yang diberikan pada hewan untuk perbaikan laju pertumbuhan, efesiensi konsumsi ransum dan kesehatan hewan. Selain itu dijelaskan bahwa probiotik adalah feed additive berupa mikroba hidup menguntungkan yang mempengaruhi induk semang melalui perbaikan keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan. Probiotik dapat berupa satu atau beberapa jenis mikroorganisme (mikroorganisme tunggal atau kultur campuran). Spesies yang sering digunakan adalah Lactobacillus sp., Leuconoctoc sp., Pedioccus sp.,Propinibactereium sp. dan Bacillus sp. Dari spesies ragi meliputi Saccharomyces cerevissiae dan Candida
pintolopesi, serta jamur meliputi Aspergillus niger dan Aspegillus oryzae Probiotik yang biasa digunakan dalam budidaya antara lain ; Bacillus lycheniforsis (Bakteri Nitrifikasi), merubah senyawa nitrat dasar tambak menjadi nitrit makanan plankton, bakteri Fotosintetik (Photo synthetic bacteria), menggunakan N – anorganik untuk mengoksidasi gas H2S menjadi sulfur melalui proses fotosintesa. Ringkasan penggunaan probiotik pada akuakultur sebagai agen hayati dijelaskankan pada tabel 1 dibawah ini.


 


 


 


 

Peranan bakteri probiotik sebagai kontrol biologis pada sistem budi daya adalah (1). Menekan pertumbuhan bakteri patogen (2.) Mempercepat degradasi bahan organik dan limbah (3). Meningkatkan ketersediaan nutrisi esensial (4). Meningkatkan aktivitas mikroorganisme indigenus yang menguntungkan pada tanaman, misal Mycorriza, Rhizobium dan bakteri pelarut pospat. (5). Memfiksasi nitrogen (6.) Mengurangi pupuk dan pestisida. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4. contoh bakteri dan ragi yang digunakan pada tehnologi probiotik.

    



(a)
Asid Laktik Bakteria     (b)

Saccharomyces
cerevissiae

    


            (c) Phototropic bakteria


 

Gambar 4. Bakteri dan yang sering digunakan dalam tehnologi

Probiotik (a) Asid Laktik Bakteria (b)

Saccharomyces cerevissiae
(c )
Phototropic bacteria

(Sumber, Nature Agro, 2008)


 

Dengan adanya probiotik maka proses degradasi bahan organik pada dasar tambak akan lancar, sehingga menghasilkan zat-zat yang bermanfaat bagi pertumbuhan plankton. Bahan organik yang mengalami mineralisasi oleh jasad pengurai (probiotik) akan diubah menjadi bahan anorganik seperti nitrat dan pospat. Bahan organik ini dapat digunakan secara langsung oleh fitoplankon dalam air untuk kelangsungan hidupnya. Fitoplankton makanan bagi zooplankto, sehingga jumlahnya melimpah. Hal ini menyebabkan perairan tersebut menjadi subur. Zooplankton merupakan pakan alami bagi sebagian besar larva ikan, termasuk larva. Dengan demikian maka ketersediaan pakan alami bagi ikan akan tetap terjaga.

Pemberian probiotik melalui lingkungan (air dan dasar tambak) bertujuan Memperbaiki serta mempertahankan kualitas air dan dasar tambak, mengoksidasi senyawa organic sisa pakan, kotoran udang, plankton dan organisme mati, menurunkan senyawa metabolit beracun (ammonia, nitirt , H2S), mempercepat pembentukan dan kestabilan plankton, menurunkan pertumbuhan bakteri yang merugikan, penyedia pakan alami dalam bentuk flok bakteri dan menumbuhkan bakteri pengurai. Sedangkan pemberian bakteri melalui pakan bertujuan : Menyeimbangkan fungsi usus sehingga mampu menekan bakteri yang merugikan, menghasilkan enzim yang membantu sistem pencernaaan makanan, mengandung protin yang dapat dimanfaatkan oleh ikan dan udang yang memekannya, dan meningkatkan kekebalan tubuh udang dan ikan.

    Probiotik dapat dibagi 2 kelompok yaitu ; bentuk cair merupakan mikroba dalam bentuk suspensi (inokulan tunggal maupun multikultur) antara lain Lactobacillus, Bacillus sp, Nitrobacteria dan bentuk padat yaitu mikroba diinokulasi (tunggal atau multikultur) dalam media carier. (Simarmata, 2006) Sedangkan jenis probiotik yang digunakan sesuai dengan kondisi lingkungan dapat dilihat pada tabel 1.


 

NO 

KONDISI DI TAMBAK 

KONDISI LINGKUNGAN 

JENIS PROBIOTIK 

1 

Bagian Atas     

air dalam kondisi aerob

kelompok bakteri aerob

2 

Bagian Dasar Tambak

Air umumnya kekurangan Oksigen (Anaerob) 

kelompok bakteri anaerob  

3 

Fase Awal Budidaya

Populasi plankton kurang pekat

Bakteri prangsang prtumbuhan plankton 

4 

Fase Menjelang Panen 

Populasi plankton pekat 

bakteri pengendali

pertumbuhan plankton 


 

        Tabel 2. jenis probiotik yang digunakan sesuai dengan

kondisi Lingkungan


 

Pengaruh penggunaan probiotik adalah untuk aplikasi probiotik rutin dengan sistem sedikit ganti air mempunyai pH cenderung tinggi, NH3 dan H2S relatif rendah, kecerahan lebih pekat, suhu, salinitas, warna air, DO, pH, memenuhi kebutuhan hewan yang dibudidayakan. Penggunaan probiotik pada usaha budidaya ikan dan udang dapat mengurangi penggunaan bahan kimia dan antibiotik, berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup, pertumbuhan, FCR dan produksi ikan serta udang

    Menurut Simarmata (2006) mekanisme penggunaan probiotik dalam meningkatkan kualitas air, kesehatan udang dan pengendalian secara biologis dapat diringkas sebagai berikut :

Beberapa penelitian tentang penggunaan probiotik dalam budidaya udang antara lain; hasil penelitian Widanarni bertujuan mencari bakteri pembunuh yang alami. Ia menemukan adanya kompetisi antara Vibrio harveyi dengan bakteri probiotik. Kondisi ini terjadi saat Vibrio harveyi hendak melekatkan diri ke tubuh udang. Bakteri probiotik tersebut menurut Widanarti bisa diperoleh dengan cara menapisnya (screning) dari bakteri Vibrio juga, yang jenisnya adalah probiotik SKT-b kepanjangan dari Skeletonema. Dari hasil penelitiannya, diketahui bahwa kelangsungan hidup larva udang windu dengan penambahan probiotik SKT-b menjadi lebih besar (93%) dibandingkan tanpa SKT-b (68%). Penambahan probiotik SKT-b ternyata berhasil mengurangi populasi Vibrio harveyi di saluran pencernaan larva udang (Widanarti, 2005)

Sementara itu Murtiati dkk (2006) melakukan penelitian tentang penggunaan probiotik pada udang galah menjelaskan bahwa kolam perlakuan dengan biokatalisator ikan bandeng dan probiotik EM4 (B) maupun MBPI (C) memberikan pengaruh yang baik pada peningkatan kadar oksigen terlarut, yaitu pada kolam perlakuan ikan bandeng dan EM4 konsentrasi tertinggi mencapai 8,24 mg/l dan pada kolam perlakuan ikan bandeng dan MBPI 5,89 mg/l (Gambar 5)


 

Gambar 5. Fluktuasi O2 terlarut pada kolam dengan

perlakuan probiotik ( Murtiati, 2006)


 

    Pada penelitian yang sama diketahui juga bahwa dengan penggunaan probiotik dapat menurunkan konsentrasi kandungan ammonia dan nitrit pada dasar tambak (Gambar 6).


 

    

Gambar 6. Kandungan ammonia dan nitrit pada kolam dengan

perlakuan probiotik (Murtiati, 2006).


 

Lingkungan yang bersih bebas dari timbunan sisa-sisa penguraian bahan organik (Ammonia, nitrit dan asam sulfida) serta kaya akan oksigen akan sangat membantu pertumbuhan udang dan menjaga kesehatan udang selama pemeliharaan.

Tehnik aplikasi penggunaan probiotik dalam budidaya udang biasanya dilakukan pada saat persiapan lahan seperti dijelaskan pada gambar 7. dibawah ini


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

        Gambar 7. Tehnik pemberian probiotik pada dasar tambak


 

     Setelah pemberian probiotik pada saat persiapan lahan maka probiotik dapat kembali diberikan setelah benur ditebarkan, dan sebaiknya diberikan secara rutin (Gambar 8)


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

        Gambar 8 . Pemberian probiotik secara rutin setelah benur

             ditebarkan

     Cara penggunaan probiotik seperti telah dijelaskan pada gambar 7 dan gambar 8 diatas adalah ; apabila diberikan di kolom air yang aerobik sebaiknya diencerkan dulu dengan air tambak, kemudian ditebar merata (untuk perbaikan kualitas air). Sedangkan apabila diberikan di dasarambak, penggunaannya dicampur dengan subtrat pembawanya missal dengan zeolit, caranya tuang zeolit ke dalam bak plastik campur dengan probiotik, aduk hingga merata dan tebarkan campuran tersebut di tambak terutama dibagian yang banyak endapan lumpur. Probiotik dapat juga digunakan dengan dicampur dengan pakan buatan, keringkan sebentar lalu menebarkan pakan tersebut.


 


 


 


 


 


 


 

III. KESIMPULAN DAN SARAN


 


 

Timbulnya suatu penyakit adalah proses yang dinamis dan merupakan hasil interaksi antara ikan, jasad penyakit (virus, bakteri, fungi, parasit) dan lingkungan. Dalam interaksi ini lingkungan memegang peranan yang sangat penting karena dapat menimbulkan pengaruh positif dan negatif bagi ikan dan jasad penyakit. . Pada kondisi lingkungan yang jelek, dapat menyebabkan ikan mudah stres dan menurunnya sistem pertahanan tubuh ikan terhadap penyakit. Stres akibat lingkungan merupakan pemicu utama bagi timbulnya penyakit parasiter, bakterial dan viral (Warsito, 1995).

        Lingkungan tambak yang sehat dan subur (healty pond) mencerminkan adanya interaksi yang harmonis, baik antara komponen biotik dengan abiotik maupun sesama komponen biotiknya. Oleh karena itu peranan O2 dalam tambak sangat penting karena tanpa O2 mahluk hidup yang aerob (zooplankton, bakteri aerob, udang) akan mati akibatnya proses ketersediaan makanan dalam rantai makanan akan terputus dan terjadinya akumulasi senyawa organik pada dasar tambak. Dalam lingkungan tambak amoniak dan nitrit bersifat toksis, selain itu peningkatan amoniak juga meningkat dengan kenaikan suhu. jika kandungannya tinggi dapat menyebabkan kematian pada udang.

        Probiotik adalah penggunaan bakteri atau mikroba menguntungkan untuk meningkatkan kesehatan lingkungan tambak, kesehatan udang maupun meningkatkan sistem imun dari inang (udang) dan mengendalikan/menghambat mikroba patogen.

        Tujuan utama penggunaan probiotik (kultur tunggal atau multikultur), antara lain meningkatkan kualitas air dan dasar tambak, meningkatkan kesehatan udang dan sebagai agent hayati (biological control agents) untuk mengendalikan berbagai penyakit pada tambak. Spesies yang sering digunakan adalah Lactobacillus sp., Leuconoctoc sp., Pedioccus sp.,Propinibactereium sp. dan Bacillus sp. Dari spesies ragi meliputi Saccharomyces cerevissiae dan Candida
pintolopesi, serta jamur meliputi Aspergillus niger dan Aspegillus oryzae Probiotik yang biasa digunakan dalam budidaya antara lain ; Bacillus lycheniforsis (Bakteri Nitrifikasi), merubah senyawa nitrat dasar tambak menjadi nitrit makanan plankton, bakteri Fotosintetik (Photo synthetic bacteria),


 

    Melihat penerapan tehnologi probiotik yang sederhana maka disarankan untuk dapat diterapkan oleh para pembudidaya udang sebagai usaha pencegahan secara biologis terhadap serangan penyakit. Saat ini probiotik dalam usaha budidaya telah tersedia secara komersial, tetapi informasi yang secara ilmiah dianggap memadai belum tersedia. Kondisi inilah menyebabkan kesenjangan antara pelaksanaan di lapangan dengan landasan ilmiah yang mendukungnya. Oleh karena itu diperlukan kerjasama antar komponen petani tambak, pemerintah, institusi terkait (perusahaan produk, dan peneliti).


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

DAFTAR PUSTAKA


 


 


 

Afrianto, E dan Liviawaty. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Kanisisus. Yogyakarta. 89 hal.


 

Anderson, D. P. 1974. Immunostimulant. Adjuvants and Vaccine Carriers In Fish. US Fish and Wildlife Service. National Fish Health Research Laboratory. West Virginia. USA. 27 p.


 

Anwar Syarif, Henni Syawal, Yusni Ikhwan Siregar 2007, Kesehatan Ikan , Sensitivity of Aeromonas hydrophila toward bittermelon


 

Durborow, RM DM. Crosby and MW Brunson 1997. Ammonia in Fish Ponds SRAC Publication No. 463


 

Iskandar, Pengelolaan Plankton Pada Ekosistem Tambak Yang Ramah

Lingkungan, Makalah pada Seminar Tehnologi Bioremediasi dan

Probiotik, 29 – 30 Maret 2006, Banyuwangi


 

Murtiati, K. Simbolon, T. Wahyuni, Juyana, Penggunaan Biokatalisator Pada

Budidaya Udang Galah, Jurnal Budidaya Air Tawar Volume 4 No. 1

Mei
2007 (19-26), 2006


 

Moriarty, D.J.W. Microbial Biotechnology : a key Inggradient for sustainable

Aaquaculture. Infofish, 1996.


 

Nature Agro trd, Probiotik EM Effectife Microorganism, download16

November 2008


 

Poernomo,A. 2004. Technology of Probiotics to solve the problem in shrimp pond culture and the culture environment. Paper presented in the National Symposium on Develeopment Scienticfic and Technology Innovation Aquaculture, January 27 – 29, 2005. Patrajas Hotel, Semarang


 

Raa, J. 1992. The Use of Immunostimulant to Increase Resistensi of Aquatic Organisms to Microbial Infections. Manila. 39-50 p.


 

Tualar Simarmata, Revitalisasi Ekosistem Tambak Dengan Pemanfaatan

Tehnologi Bioremediasi dan Probiotik, Makalah Pada Seminar

Tehnologi Bioremediasi dan Probiotik, 29 – 30 Maret 2006,

Banyuwangi.


 

Warsito. 1995. Penyakit Ikan Air Tawar dan Cara Penanggulangannya.

Primadona ed. April. Jakarta. Hal 14-17.


 

Ward. 1982. The Development of Bacterial Vaccines for Fish. (Robert. RJ. Ed) Microbial Diseases of Fish. London : Academic Press. 47-58 p.


 

Widanarti , Penapisan Bakteri Probiotik untuk Biokontrol Vibriosis pada

Larva Udang Windu: Konstruksi Penanda Molekuler dan Esei

Pelekatan, download 3 November 2008


 

.