Kamis, 28 Oktober 2010

Peningkatan Potensi Tuna

Optimalkan Potensi Tuna, Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Barat Rangkul Dunia Pendidikan

     Meski telah ditetapkan sebagai sentra Perikanan tuna nasional, potensi produksi perikanan tuna yang dimiliki Provinsi Sumatera Barat saat ini masih belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat kelautan dan perikanan setempat. Dalam Seminar Nasional Pembangunan Kelautan di Universitas Andalas (Unand) Padang (6/10), Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat, Yosmeri menyatakan kendala yang dihadapi saat ini adalah minimnya sumberdaya manusia serta teknologi dibidang kelautan dan perikanan yang dapat diterapkan secara mudah oleh para pemangku kepentingan. “Saat ini kebutuhan akan SDM dan peningkatan alih teknologi kelautan di Sumatera Barat sudah sangat mendesak sehingga dibutuhkan adanya terobosan-terobosan untuk memenuhi kebutuhan tersebut”, demikian diungkapkan Yosmeri. Melihat permasalahan tersebut, maka DKP Sumbar terus melakukan pendekatan kepada dunia pendidikan tinggi di Sumatera Barat untuk mengatasi keterbatasan yang dihadapi.

     Atas upaya yang dilakukan oleh DKP Sumbar, maka Universitas Andalas Sebagai penyedia SDM yang berkualitas di Sumatera Barat, berencana untuk membuka program studi baru di bidang teknologi kelautan dengan menggandeng Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) yang telah jauh lebih dulu memiliki program studi serupa. Pembantu Rektor IV Unand, Prof. Helmi menyatakan dengan potensi yang demikian melimpah, sangat disayangkan apabila Sumbar tidak memiliki pendidikan formal yang memadai sebagai tempat lahirnya SDM yang handal serta penyediaan alih teknologi yang mudah diterapkan.

Staf Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Ekonomi, Sosial,  dan Budaya, Suseno saat menjadi keynote speaker memberikan apresiasi yang besar terhadap upaya yang telah dilakukan oleh pihak Pemeritah Provinsi Sumbar serta Unand dan ITS dalam mendukung Visi dan Misi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). “Kerjasama yang telah dilakukan oleh Unand dan ITS dalam menjawab kebutuhan yang dilontarkan oleh DKP Sumbar merupakan salah satu dari 4 Pilar Grand Strategy yang dimiliki oleh KKP yakni memperkuat kelembagaan dan SDM secara terintegrasi”, ujar Suseno. Berdasarkan data statistik, produksi Perikanan tuna yang dimiliki oleh Sumatera Barat sejak tahun 2008 menunjukan peningkatan yang sangat signifikan. Tahun 2008 provinsi ini membukukan produksi sebanyak 300 ton yang kemudian meningkat lebih dua kali lipat pada tahun 2009 yakni menjadi 735 ton. Hingga September tahun ini, produksi tuna di Sumbar telah mencapai lebih dari 600 ton dan diproyeksikan mencapai 1000 ton pada akhir tahun 2010 ini. (EAH)

Senin, 25 Oktober 2010

Bantuan dari KKP

perikanan unirow Tag: , , ,

Modal Wirausaha Pemula Disalurkan

perikanan unirowPenyaluran paket perikanan budidaya bagi wirausaha pemula tahun 2010 digulirkan mulai pekan ini. Stimulus bagi wirausaha budidaya pemula itu mencakup bantuan benih, pakan, dan pembuatan kolam.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Syamsuddin mengemukakan hal itu di Jakarta, Selasa (12/10).
Besar fasilitas modal usaha itu bervariasi, mulai dari Rp 6 juta hingga Rp 17,5 juta per paket Komoditas perikanan yang dikembangkan antara lain rumput laut, ikan lele, patin, bandeng, mas, nila, dan polikultur udang.
Tahun 2010, paket budidaya ditujukan bagi 273 kabupaten/ kota pada 33 provinsi. Total anggaran yang digulirkan pemerintah untuk paket perikanan budidaya bagi wirausaha pemula sebesar Rp 184,4 miliar. Total ada 2.410 paket. Paket-paket budidaya itu di antaranya budidaya ikan patin di kolam Rp 7,5 juta per paket, gurami Rp 7,5 juta per paket, serta rumput laut dan nila masing-masing Rp 6 juta per paket.

Selain itu, ada juga keramba jaring apung ikan patin Rp 17,5 juta per pake

t Paket dapat diberikan kepada perseorangan ataupun kelompok. "Bantuan ini diutamakan bagi sarjana Tetapi, tidak tertutup kemungkinan untuk nonsarjana jika di daerah itu jumlah sarjana yang berminat masih sedikit," ujarnya.
Penyaluran paket budidaya diserahkan sepenuhnya kepada daerah. Oleh karena itu, daerah diharapkan menyiapkan rencana definitif kebutuhan kelompok serta menentukan kelompok pembudidaya, lokasi budidaya, ataupun tender untuk pengadaan sarana produksi.Saat ditanya soal pengawasan, Syamsuddin mengatakan, pihaknya telah membentuk tim terpadu monitoring dan evaluasi kelautan dan perikanan yang melibatkan semua direktorat jenderal di KKP.
Secara terpisah, Dekan Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor Arif Satria mengemukakan, paket perikanan budidaya bagi sarjana selayaknya diperuntukkan bagi sarjana yang memiliki kemauan dan kemampuan budidaya.Tanpa bekal kemampuan, dikhawatirkan program itu berpotensi gagal," ujar Arif. Program wirausaha budidaya, kata Arif, seharusnya dimanfaatkan oleh perguruan tinggi sebagai peluang mencetak wirausaha baru.
Di sisi lain, diperlukan upaya melibatkan perusahaan swasta untuk akses pemasaran produk perikanan budidaya tersebut agar bisa mendapatkan jaminan pasar. (LKT)

Minggu, 24 Oktober 2010

Perikanan UNIROW Sejarah KKP

Sejarah Terbentuknya
Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP)

Sejak era reformasi bergulir di tengah percaturan politik Indonesia, sejak itu pula perubahan kehidupan mendasar berkembang di hampir seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara. Seperti merebaknya beragam krisis yang melanda Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satunya adalah berkaitan dengan Orientasi Pembangunan. Dimasa Orde Baru, orientasi pembangunan masih terkonsentrasi pada wilayah daratan.

Sektor kelautan dapat dikatakan hampir tak tersentuh, meski kenyataannya sumber daya kelautan dan perikanan yang dimiliki oleh Indonesia sangat beragam, baik jenis dan potensinya. Potensi sumberdaya tersebut terdiri dari sumberdaya yang dapat diperbaharui, seperti sumberdaya perikanan, baik perikanan tangkap maupun budidaya laut dan pantai, energi non konvensional dan energi serta sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui seperti sumberdaya minyak dan gas bumi dan berbagai jenis mineral. Selain dua jenis sumberdaya tersebut, juga terdapat berbagai macam jasa lingkungan lautan yang dapat dikembangkan untuk pembangunan kelautan dan perikanan seperti pariwisata bahari, industri maritim, jasa angkutan dan sebagainya. Tentunya inilah yang mendasari Presiden Abdurrahman Wahid dengan Keputusan Presiden No.355/M Tahun 1999 tanggal 26 Oktober 1999 dalam Kabinet Periode 1999-2004 mengangkat Ir. Sarwono Kusumaatmaja sebagai Menteri Eksplorasi Laut.

Selanjutnya pengangkatan tersebut diikuti dengan pembentukan Departemen Eksplorasi Laut (DEL) beserta rincian tugas dan fungsinya melalui Keputusan Presiden Nomor 136 Tahun 1999 tanggal 10 November 1999 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Departemen. Ternyata penggunaan nomenklatur DEL tidak berlangsung lama karena berdasarkan usulan DPR dan berbagai pihak, telah dilakukan perubahan penyebutan dari Menteri Eksplorasi Laut menjadi Menteri Eksplorasi Laut dan Perikanan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 145 Tahun 1999 tanggal 1 Desember 1999. Perubahan ini ditindaklanjuti dengan penggantian nomenklatur DEL menjadi Departemen Eksplorasi Laut dan Perikanan (DELP) melalui Keputusan Presiden Nomor 147 Tahun 1999 tanggal 1 Desember 1999.

Dalam perkembangan selanjutnya, telah terjadi perombakan susunan kabinet setelah Sidang Tahunan MPR tahun 2000, dan terjadi perubahan nomenklatur DELP menjadi Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP)  sesuai Keputusan Presiden Nomor 165 Tahun 2000 tanggal 23 November 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Wewenang, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Departemen.

Kemudian berubah menjadi Kementrian Kelautan dan Perikanan sesuai dengan Peraturan Presiden No. 47 tahun 2009 tentang  Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, maka Nomenklatur Departemen Kelautan dan Perikanan menjadi Kementerian Kelautan dan Perikanan, sedangkan struktur organisasi pada Kementerian Kelautan dan Perikanan tidak mengalami perubahan.

Dalam rangka menindaklanjuti Keputusan Presiden Nomor 165 Tahun 2000 tersebut, pada November 2000 telah dilakukan penyempurnaan organisasi DKP. Pada akhir tahun 2000, diterbitkan Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tugas Departemen, dimana organisasi DKP yang baru menjadi :

a. Menteri Kelautan dan Perikanan;
b. Sekretaris Jenderal;
c. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap;
d. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya;
e. Direktorat Jenderal Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan;
f. Direktorat Jenderal Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran;
g. Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;
h. Inspektorat Jenderal;
i. Badan Riset Kelautan dan Perikanan;
j. Staf Ahli.

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Preaturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006, maka struktur organisasi KKP menjadi :

a. Menteri Kelautan dan Perikanan;
b. Sekretaris Jenderal;
c. Inspektorat Jenderal;
d. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap;
e. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya;
f. Direktorat Jenderal Pengawasan & Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan;
g. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan;
h. Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
i. Badan Riset Kelautan dan Perikanan;
j. Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan;
k. Staf Ahli.

Tebentuknya Kementrian Kelautan dan Perikanan pada dasarnya merupakan sebuah tantangan, sekaligus peluang bagi pengembangan sektor kelautan dan perikanan Indonesia. Artinya, bagaimana KKP ini menempatkan sektor kelautan dan perikanan sebagai salah satu sektor andalan yang mampu mengantarkan Bangsa Indonesia keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Setidaknya ada beberapa alasan pokok yang mendasarinya.
Pertama, Indonesia sebagai negara kepulauan dengan jumlah pulau 17.508 dan garis pantai sepanjang 81.000 km tidak hanya sebagai negara kepulauan terbesar di dunia tetapi juga menyimpan kekayaan sumberdaya alam laut yang besar dan belum dimanfaatkan secara optimal.

Kedua, selama beberapa dasawarsa, orientasi pembangunan negara ini lebih mangarah ke darat, mengakibatkan sumberdaya daratan terkuras. Oleh karena itu wajar jika sumberdaya laut dan perikanan tumbuh ke depan.

Ketiga, dikaitkan dengan laju pertumbuhan penduduk serta meningkatnya kesadaran manusia terhadap arti penting produk perikanan dan kelautan bagi kesehatan dan kecerdasan manusia, sangat diyakini masih dapat meningkatkan produk perikanan dan kelautan di masa datang. Keempat, kawasan pesisir dan lautan yang dinamis tidak hanya memiliki potensi sumberdaya, tetapi juga memiliki potensi bagi pengembangan berbagai aktivitas pembangunan yang bersifat ekstrasi seperti industri, pemukiman, konservasi dan lain sebagainya.

sumber : DKP

Sabtu, 23 Oktober 2010

Diseases Shrimp Aquaculture Perikanan Unirow Tuban

 

Diases

udang sakit There are a variety of lethal viral diseases that affect shrimp.[16] In the densely populated, monocultural farms such virus infections spread rapidly and may wipe out whole shrimp populations. A major transfer vector of many of these viruses is the water itself; and thus any virus outbreak also carries the danger of decimating shrimp living in the wild.

Penyakit Yellowhead disease, called Hua leung in Thai, affects P. monodon throughout Southeast Asia.[17] It had been reported first in Thailand in 1990. The disease is highly contagious and leads to mass mortality within 2 to 4 days. The cephalothorax of an infected shrimp turns yellow after a period of unusually high feeding activity ending abruptly, and the then moribund shrimp congregate near the surface of their pond before dying.[18]

Penyakit Whitespot syndrome is a disease caused by a family of related viruses. First reported in 1993 from Japanese P. japonicus cultures,[19] it spread throughout Asia and then to the Americas. It has a wide host range and is highly lethal, leading to mortality rates of 100% within days. Symptoms include white spots on the carapace and a red hepatopancreas. Infected shrimp become lethargic before they die.[20]

Penyakit Taura syndrome was first reported from shrimp farms on the Taura river in Ecuador in 1992. The host of the virus causing the disease is P. vannamei, one of the two most commonly farmed shrimp. The disease spread rapidly, mainly through the shipping of infected animals and broodstock. Originally confined to farms in the Americas, it has also been propagated to Asian shrimp farms with the introduction of L. vannamei there. Birds are thought to be a route of infection between farms within one region.[21]

Infectious hypodermal and hematopoietic necrosis (IHHN) is a disease that causes mass mortality among P. stylirostris (as high as 90%) and severe deformations in L. vannamei. It occurs in Pacific farmed and wild shrimp, but not in wild shrimp on the Atlantic coast of the Americas.[22]

There are also a number of bacterial infections that are lethal to shrimp. The most common is vibriosis, caused by bacteria of the Vibrio species. The shrimp become weak and disoriented, and may have dark wounds on the cuticle. The mortality rate can exceed 70%. Another bacterial disease is necrotising hepatopancreatitis (NHP); symptoms include a soft exoskeleton and fouling. Most such bacterial infections are strongly correlated to stressful conditions, such as overcrowded ponds, high temperatures, and poor water quality, factors that positively influence the growth of bacteria. Treatment is done using antibiotics.[23] Importing countries have repeatedly placed import bans on shrimp containing various antibiotics. One such antibiotic is chloramphenicol, which has been banned in the European Union since 1994, but continues to pose problems.[24]

With their high mortality rates, diseases represent a very real danger to shrimp farmers, who may lose their income for the whole year if their ponds are infected. Since most diseases cannot yet be treated effectively, the industry's efforts are focused on preventing disease outbreak in the first place. Active water quality management helps avoid poor pond conditions favorable to the spread of diseases, and instead of using larvae from wild catches, specific pathogen free broodstocks raised in captivity in isolated environments and certified not to carry diseases are used increasingly.[25] To avoid introducing diseases into such disease-free populations on a farm, there is also a trend to create more controlled environments in the ponds of semi-intensive farms, such as by lining them with plastic to avoid soil contact, and by minimizing water exchange in the ponds.[6]

Jumat, 22 Oktober 2010

Pengumuman CPNS Perikanan

perikanan unirow

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

PENGUMUMAN

Nomor B.598/SJ.2/KP.310/IX/2010

TENTANG 

PENGADAAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

TAHUN 2010

Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam Tahun 2010 berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 237 Tahun 2010 Tanggal 20 September 2010 mendapat Tambahan Formasi Calon Pegawai Negeri Sipil ( CPNS ) untuk pelamar umum, yang akan ditempatkan/ditugaskan untuk mengisi kekosongan jabatan pada Kantor Pusat dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan ketentuan sebagai berikut :

A. PERSYARATAN UMUM

1. Warga Negara Indonesia;

2. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan;

3. Tidak pernah diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil, pegawai perusahaan atau pegawai swasta;

4. Tidak berkedudukan sebagai CPNS/PNS atau Calon/Anggota TNI/POLRI serta tidak sedang menjalani ikatan kerja dengan perusahaan atau suatu anggota profesi lainnya;

5. Tidak sedang menjalani pendidikan formal;

6. Berkelakuan baik;

7. Sehat jasmani dan rohani;

8. Tidak menjadi anggota dan atau pengurus partai politik;

9. Usia serendah-rendahnya 18 tahun pada tanggal 1 Oktober 2010 dan setinggi-tingginya 35 tahun pada tanggal 31 Desember 2010;

10. Tingkat Pendidikan:

a. Pascasarjana (S2), dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 3,00;

b. Sarjana (S1)/Diploma IV, dan Diploma III, dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 2,75;

untuk Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang Terakreditasi dari BAN-PT.

Apabila di dalam ijazah atau transkrip akademik tidak tertera “Terakreditasi” wajib melampirkan Surat Keterangan dari PTS yang bersangkutan.

c. Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negeri;

d. Khusus bagi pelamar memilih :

1) Jabatan Peneliti IPK Minimal = 3,00

2) Jabatan Guru IPK Minimal = 3,00 untuk lulusan PTS yang terakreditasi A, minimal 2,75 untuk lulusan PTN/PT yang diselenggarakan oleh pemerintah

3) Jabatan Dosen IPK Minimal = 3,00

11. Bersedia ditempat tugaskan di mana saja di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

 

Kamis, 21 Oktober 2010

Judul Skripsi

 

CONTOH 90 JUDUL SKRIPSI PERIKANAN

1.Perbedaan Ukuran Umpan Pada Pancing Banjur (Set line) Di Perairan Rawa Di Desa Lawahan Kecamatan Tapin Selatan

2.Peningkatan Sintasan Larva Ikan Baung (Mystu nemurus) Pada Tiga Media Pemeliharaan Yang Berbeda

3.Penggunaan Larutan Yodium Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Daya Tetas Telur Ikan Mas (Cyprinus Carpio Linn)

4.Pengaruh Limbah Cair Pabrik Karet PT. Darma Kalimantan Jaya Terhadap Kualitas Sungai Haruyan Kecamatan Haruyan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan

5.Pengaruh Lama Pemasakan Presto Terhadap Kualitas Pindang Botol Ikan Mas (Cyprinus carpio L)

6.Studi Alat Tangkap Rawai (Long Line) Di Waduk Riam Kanan Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan

7.Pengaruh Substitusi Tepung (Labu, Biji Karet dan Daun Lamtoro) Pada Pakan Komersial Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Gift (Oreochomis niloticus)

8.Konsentrasi Dissolved Oxygen (DO) dan Biological Oxygen Demand (BOD) Di Daerah Aliran Sungai Martapura Yang Dipengaruhi Oleh Limbah Pasar Martapura Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan

9.Keanekaragaman Tumbuhan Air yang Terdapat di perairan Rawa Desa Balimau Kecamatan Kalumpang Kabupaten Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan Selatan

10.Pengaruh Penambahan Bahan Pengencer Terhadap Motilitas Spermatozoa Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus Fowler) Yang Disimpan Pada Suhu 5O C

11.Efisiensi Pemasaran Ikan Kembung (Rastrelliger sp) Segar Di Pasar Bauntung Kecamatan Banjarbaru Kotamadya Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan

12.Dampak Penambangan Koral Terhadap Perubahan pH Air Sungai Riam Kanan Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan

13.Analisis Usaha Budidya Ikan Nila (Orechromis Niloticus) Dengan Sistem Keramba Di Desa Murung Kenanga Kecamatan Martapura Provinsi Kalimantan Selatan

14.Pengaruh Perbedaan Jenis Vaksin Terhadap Ketahanan Tubuh Spesifik Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus)

15.Penggunaan Jenis Ikan Yang Berbeda Pada Pengolahan Empek-Empek Terhadap Penerimaan Panelis

16.Pengaruh Pemberian Tepung Biji Karet Dengan Dosis Yang Berbeda Pada Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Dan Sintasan Ikan Tambakan (Helostoma Temmincki CV) Yang Dipelihara Di Dalam Hapa

17.Pemberian Gula Merah Aren (Arenga pinnata) Dengan Konsentrasi Yang Berbeda Pada Dendeng Ikan Seluang (Rasbora caudimaculata) Terhadap Penerimaan Panelis

18.Uji Coba Umpan Yang Berbeda Terhadap Hasil Tangkapan Tamba (Trap) Di Sungai Kandilo Kecamatan Muara Komam Kabupaten Pasir Kalimantan Timur

19.Pengaruh Pakan Basah Terhadap Sintasan Larva Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch)

20.Model Penilaian Kualitas Air Melalui Pendekatan Indeks Kualitas Lingkungan Bagi Pengelolaan Sumberdaya Perairan

21.Padat Penebaran Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Larva Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma Macropomum Cuvier) Yang Dipelihara Dalam Aquarium

22.Analisis Usaha Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Dengan Sistem Karamba Di Desa Pudak Setegagal Kecamatan Kelua Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan

23.Penambahan Konsentrasi Kentang (Solanum Tuberosum) Yang Berbeda Terhadap Elastisitas Nugget Ikan Patin (Pangasius Hypothalmus)

24.Pengolahan Ikan Kering Gabus (Channa striata) Berbentuk Potongan Dadu Dengan Konsentrasi Garam Dan Waktu Penggaraman Yang Berbeda Terhadap Tingkat Penerimaan Konsumen

25.Penggunaan Bawang Putih (Allium sativum L) Terhadap Pengolahan Ikan Kering Berbentuk Potongan (Block) Dari Berbagai Jenis Ikan Air Tawar

26.Efisiensi Alokatif Usaha Penangkapan Lampara Dasar Mini (Bottom Seine Net) Di Desa Aluh-Aluh Besar Kecamatan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan

27.Keragaan Makrozoobenthos Dan Hubungannya Dengan Kegiatan Pasar Martapura Di Sungai Martapura Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan

28.Ketergantungan Masyarakat Nelayan dengan Para Tengkulak di Desa Takisung Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan

29.Efek Vaksin Protein Murni Aeromonas hydrophila Tanpa Vaksinasi Booster dan Dengan Vaksinasi Booster Untuk Meningkatkan Kekebalan Spesifik Pada Ikan Patin (Pangasius hypophthalamus)

30.Peranan Komposisi Daging Udang Putih (Penaeus merguiensis) Yang Bervariasi Pada Pembuatan Nugget Udang Terhadap Nilai Organloptik

31.Pengaruh Perbedaan Lama Perendaman Tempirai Kawat (Wire Stage Trap) Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Betutu (Oxyeleotris Marmorata (Bleeker)

32.Pengoperasian Sungkur (Push net) Pada Kedalaman Yang Berbeda Terhadap Hasil Tangkapan.

33.Penggunaan Umpan Yang Berbeda Pada Penangkapan Bibit Betutu (Oxyeleotris marmorata Blkr) Dengan Menggunakan Lukah (Fish pots)

34.Substitusi Tepung Tapioka Dengan Tepung Maizena Pada Pengolahan Empek-Empek Ikan Patin (Pangasius Sp) Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik

35.Pengaruh Pemberian Larutan Ringer Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Tingkat Pembuahan Dan Daya Tetas Telur Ikan Mas (Cyprinus carpio L)

36.Pemilihan Material Yang Sesuai Untuk Jaring Insang (Gill net) Perairan Umum

37.Kualitas Nugget Udang Putih (Penaeus merguiensis) yang Diolah dengan Menggunakan Variasi Jenis Tepung

38.Analisis Usaha Pembesaran Ikan Toman (Channa micropeltes) Dengan Sistem Karamba Di Desa Jelapat Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah

39.Substiusi Tepung Maizena Dengan Persentase Yang Berbeda Terhadap Kualitas Fisik dan Organoleptik Bakso Ikan Patin (Pangasius Sp)

40.Variasi Pemberian Pupuk Pelengkap Cair (PPC) Bioton dan EM-4 Ke Media Kultur Daphnia sp.

41.Pemasaran Dan Intensitas Persaingan Pedagang Ikan Toman (Channa micropeltes) Segar Di Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah

42.Kualits Abon Ikan Belut (Monopterus albus) dengan Subsitusi Keluwih (Artocarpus communis)

43.Penggunaan Daging Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus Fawler) dan Udang Putih (Penaeus merguensis) Sebagai Isi Dalam Pembuatan Lumpia Terhadap Kualitas Lumpia.

44.Penggunaan Ekstrak Rambai Bogem (Sonneratia alba) Untuk Menghambat Pertumbuhan Bakteri A. hydrophila Penyebab MAS(Motile Aeromonas Septicemia

45.Peranan Balai Benih Ikan (Bbi) Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan Terhadap Usaha Budidaya Ikan Di Kolam

46.Kelimpahan Dan Keanekaragaman Plankton Perairan Irigasi, Kolam Dan Rawa Di Desa Sungai Sipai Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan

47.Analisis Keuntungan Pedagang Ikan Hias Di Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan

48.Optimasi Waktu Pengukusan Presto Ikan Seluang Langkai (Rasbora Caudimaculata) Terhadap Tingkat Penerimaan Organoleptik

49.Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Pakan Tambahan Yang Berbeda Terhadap Laju Kematangan Gonad Ikan Gabus (Channa Striata Blkr) Yang Dipelihara Di Dalam Bak Semen

50.Penggunaan Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus Heterophyllus Lamk) Dengan Dosis Yang Berbeda Untuk Menghambat Bakteri Pseudomonas Flourescens Yang Menyerang Udang Galah (Macrobrachium Rosenbergii De Man)

51.Pengaruh Lama Waktu Operasi Penangkapan Terhadap Hasil Tangkapan Sampingan Rempa Rajungan (Gill Net)

52.Pengaruh Variasi Alat Yang Berbeda Dengan Menggunakan Suhu Rendah Terhadap Kesegaran Ikan Patin (Pangasius Sp)

53.Pemberian Konsentrasi Garam Yang Berbeda Pada Pengolahan Keripik Ikan  Sepat Rawa (Trchogaster Trichopterus Pall) Kering Terhadap Penerimaan Panelis

54.Pengolahan Ikan Pindang Nila (Oreochromis Niloticus) Presto Dengan Waktu Pengukusan Yang Berbeda

55.Studi Kasus Usaha Budidaya Ikan Patin (Pangasius Sp) Milik Habib Saleh Di Desa Karang Intan Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan

56.Analisis Usaha Nelayan Rengge (Gill Net) Di Desa Tabanio Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan

57.Kombinasi Gulma Itik Dengan Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Ikan Betok Di Dalam Hapa

58.Hubungan Kelimpahan Ikan Famili Chaetodontidae Dengan Kondisi Terumbu Karang Di Perairan Bunati Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan

59.Pemberian Bekicot (Achatina Spp) Dengan Komposisi Yang Berbeda Dalam Formulasi Pakan Ikan Nila Gift (Oreochromis Niloticus)

60.Pola Kebiasaan Makanan (Food Habits) Famili Mugilidae Yang Tertangkap Dengan Pukat Pantai (Beach Seine) Di Muara Sungai Hanyar Desa Takisung Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan

61.Struktur Komunitas Zooplankton Di Perairan Waduk Ranggang Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan

62.Pengaruh Variasi Alat Penyimpanan Suhu Rendah Terhadap Kesegaran Fillet Ikan Patin (Pangasius Hipopthalmus Fawler)

63.Penggunaan Ekstrak Tumbuhan Mahoni (Swieteniamahagoni Jack) Untuk Mengobati Ikan Patin (Pangasius Hypophtalmus) Yang Terserang Bakteri Aeromonas Hydrophila

64.Analisis Laporan Keuangan Koperasi Kayu Tangi Sebagai Mitra Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Dengan Sistem Karamba Di Desa Lok Tangga Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan

65.Uji Coba Perbedaan Ukuran Mata Jaring (Mesh Size) Pancing Dusta (Pole Line Net) Di Desa Karang Intan Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan

66.Introduksi Limbah Kulit Ikan Tenggiri (Scomberomorus Commersonii) Sebagai Bahan Baku Rambak Dengan Lama Perendaman Bumbu Yang Berbeda

67.Pemberian Pakan Dengan Komposisi Bahan Dasar Berbeda Pada Pemeliharaan Ikan Jelawat (Leptobarbus Hoevenii Blkr) Dalam Hapa Di Kolam

68.Penggunaan Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica) Dengan Konsentrasi Yang Berbeda Untuk Menanggulangi Jamur Saprolegnia Sp Yang Menginfeksi Ikan Mas Koki (Carrasius Auratus Linn)

69.Variasi Komposisi Tepung Yang Berbeda Pada Pengolahan Empek-Empek Udang Krosok (Parapenaeopsis Sculptitis)

70.Penggunaan Suhu Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Mortalitas Larva Ikan Maskoki (Carrasius Auratus)

71.Pengolahan Ikan Sepat Rawa (Trichogaster Trichopterus Pall) Kering Dengan Penambahan Bumbu Pada Konsentrasi Yang Berbeda

72.Penggunaan Probiotik Nutrisi Simba Plus Terhadap Tingkat Pertumbuhan Dan  Kelangsungan Hidup Ikan Betok (Anabas Testudineus Bloch) Yang Di  Pelihara Di Dalam Hapa

73.Penggunaan Getah Pulai (Alstonia Scholaris) Terhadap Penyembuhan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Bakteri Aeromonas Hydrophila Pada Ikan  Nila Gift (Oreochromis Niloticus)

74.Pengaruh Perbedaan Padat Tebar Terhadap Pertumbuhan Ikan Jelawat (Leptobarbus Hoevenii Blkr) Di Dalam Akuarium

75.Padat Penebaran Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Siam (Pangasius Hypopthalmus Fowler) Yang Dipelihara Di Dalam Akuarium

76.Penggunaan Formulasi Daging, Air Dan Tepung Tapioka Pada Pengolahan Empek – Empek Ikan Gabus, Tenggiri Dan Lele

77.Substitusi Tepung Tapioka Dengan Berbagai Macam Tepung Pada Pengolahan Nuget Ikan Lele (Clarias Batrachus L)

78.Variasi Lama Perendaman Di Dalam Bumbu Pada Dendeng Ikan Seluang (Rasbora Sp) Terhadap Penerimaan Panelis

79.Analisis Pendapatan Masyarakat Di Desa Bangkau Kecamatan Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan Selatan

80.Variasi Persentase Daging Ikan Tenggiri Pada Kerupuk Rumput Laut (Eucheuma Spinosum) Terhadap Kualitasnya

81.Karakteristik Keanekaragaman Jenis Ikan Di Perairan Beje Desa Bangkau Kecamatan Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan  Selatan

82.Variasi Padat Penebaran Berbeda Untuk Kultur Teripang Pasir (Holothuria Scabra, Jeager) Menggunakan Sistem Jaring Tancap

83.Peranan Jenis Ikan Yang Berbeda Terhadap Penilaian Organoleptik Sate Lilit

84.Perbandingan Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) Yang Dibudidayakan Dengan Metode Lepas Dasar Dan Metode Long Line

85.Uji Coba Operasional Rempa Rajungan (Gill Net) Dengan Frekuensi Pemungutan Hasil Yang Berbeda Dalam Dua Puluh Empat Jam Operasi

86.Analisis Ekonomi Dan Pemasaran Usaha Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Di Kolam Kawasan Irigasi Mentaos Timur Kelurahan Banjarbaru Utara Provinsi Kalimantan Selatan

87.Pengaruh Variasi Lama Waktu Perendaman Ekstrak Rimpang Tanaman Kunyit  Untuk Penanggulangan Saprolegniasis Pada Telur Ikan Baung

88.Vaksin Debris Sel Aeromonas Hydrophila Dengan Dosis Berbeda Untuk Meningkatkan Respon Imun Spesifik Ikan Patin (Pangasius Hypophthalamus)

89.Pembuatan Fermentasi Ikan Betok (Anabas testudineus bloch) Dengan Penambahan Beras Sangrai Dan Gula Aren (Arenga pinnata) Terhadap Penerimaan

90. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan budidaya ikan toman (Channa micropeltes) dengan sistem karamba di Desa Pandak Daun Kecamatan Daha Utara Kabupaten Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan Selatan

fishery Management

The Pacific Fishery Management Council is one of eight regional fishery management councils established by the Magnuson Fishery Conservation and Management Act of 1976.

fhisheryWith jurisdiction over the 317,690 square mile exclusive economic zone off Washington, Oregon and California, the Council manages fisheries for about 119 species of salmon, groundfish, coastal pelagic species (sardines, anchovies, and mackerel), and highly migratory species (tunas, sharks, and swordfish). The Council is also active in international fishery management organizations that manage fish stocks that migrate through the Council’s area of jurisdiction, including the International Pacific Halibut Commission (for Pacific halibut), the Western and Central Pacific Fisheries Commission (for albacore tuna and other highly migratory species), and the Inter-American Tropical Tuna Commission (for yellowfin tuna and other high migratory species).

The Council process is a bottom-up process, emphasizing public participation and involvement in fisheries management. Public input is encouraged and appreciated. Management measures developed by the Council are recommended to the Secretary of Commerce through the National Marine Fisheries Service (NMFS). Management measures are implemented by NMFS Northwest and Southwest Regional offices and enforced by the NOAA Office of Law Enforcement, the U.S. Coast Guard 11th District, and local enforcement agencies.

The Pacific Fishery Management Council is made up of 14 voting representatives  from Oregon, Washington, California, and Idaho; many advisory bodies; and 16 staff members located in Portland, Oregon. Some Council members represent state or tribal fish and wildlife agencies, and some are private citizens who are knowledgeable about recreational or commercial fishing or marine conservation. Apart from state and tribal representatives, Council members are chosen by the governors of the four states within the Council region, in conjunction with the Secretary of Commerce.

Minggu, 17 Oktober 2010

Fakultas Perikanan Kelautan Updated

  1. FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO - Home

    Pada hari Kamis, 14 Oktober 2010 Tim Pengabdian masyarakat Undip dariFakultas Perikanan dan Kelautan Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan ...

  2. Perikanan dan Kelautan

    Fakultas Perikanan dan Kelautan - Universitas Airlangga Fisheries and Marine Faculty - Airlangga University.

  3. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad

    Kepada rekan-rekan mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan yang baru atau sudah lulus, tahun ini beberapa instansi sudah mulai membuka lowongan untuk ...

  4. Perikanan & Ilmu Kelautan | Universitas Padjadjaran

    Program Studi | Fasilitas | Kerja Sama | Kemahasiswaan | Prestasi | Prospek ...

  5. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Univ. Bung Hatta

    Latihan rutin Diving Proklamator setiap Sabtu-Minggu di Kolam Renang Hj.Agus Salim Padang (Indrawadi/Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan ...

  6. Rencana Strategis (Renstra) FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMUKELAUTAN ...

    utama pelaksanaan pendidikan dan pengajaran secara menyeluruh di Fakultas Perikanandan Ilmu Kelautan, selanjutnya rencana ...

  7. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang

    Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang.

  8. GOLDFISH '09 fakultas perikanan dan kelautan | Facebook

    Welcome to a Facebook Page about GOLDFISH '09 fakultas perikanan dan kelautan. Join Facebook to start connecting with GOLDFISH '09 fakultas perikanan dan ...

  9. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan | UMI - Makassar

    Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muslim Indonesia Makassar didirikan pada tanggal 19 Juni 1987, dengan Nomor Akta 407 Tahun 1987. ...

  10. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan | Universitas Sam Ratulangi

    English Fakultas ini didirikan atas prakarsa Bupati Kepulauan Sangihe dan Talaud pada tahun 1965. Gagasan tersebut direspons dengan terbitnya Surat ...

Minggu, 10 Oktober 2010

Posdaya Mina Makmur Penidon

posdaya minamakmur

Posdaya Mina Makmur Penidon di bentuk pada tanggal 29 juli 2010 di balai desa penidon yang di fasilitasi oleh kelompok KKN UNIROW Tuban dan langsung di lantik oleh kepala desa penidon bapak Budiono SH, jajaran kepengurusan Posdaya Mina Makmur adalah sebagai berikut :

Pembina                                         : Camat, Kepala Desa, dan LPM

Ketua                                              : Dremo

Sekretaris                                       : Agus Sukisyo

Bendahara                                      : Agus Tuminto

1. Kepala Bidang Pendidikan         : Abdul Aziz

2. Kepala Bidang Kesehatan          : Lilik Budiana

3. Kepala Bidang Ekonomi             : H. Dirjo

4. Kepala Bidang Lingkungan        : Tjokro

5. Kepala Bidang Keagamaan        :  M. Thoyyibin

6. Kepala Bidang Kegiatan Desa    : Supracipta

setelah dibentuknya Posdaya Mina Makmur Penidon di harapkan bisa berguna untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga masyarakat desa Penidon.

Kamis, 07 Oktober 2010

USAHA KKN POS DAYA MINAMAKMUR


Tambak Percontohan Budidaya Perikanan Polikultur Udang Vanamei dan Ikan Bandeng


     Usaha pembuatan tambak percontohan budidaya polikultur udang vanamei dan ikan bandeng di lakukan oleh kelompok KKN posdaya minamakmur desa penidon kecamatan plumpang untuk memberikan pengetahuan baru kepada masyarakat karena selama ini pemanfaatan lahan tambak di desa penidon hanya untuk usaha budidaya ikan bandeng. padahal dengan budidaya polikultur akan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat.